Keengganan China dan Rusia untuk memperketat sanksi-sanksi PBB terhadap Korea Utara adalah "tantangan terbesar" yang dihadapi dalam upaya denuklirisasi Korea Utara, kata seorang pejabat tinggi Korea Selatan, Kamis (1/9).
China dan Rusia, yang keduanya memiliki hubungan dekat dengan Korea Utara dan terlibat dalam konfrontasi dengan Amerika Serikat, telah memveto upaya pimpinan AS untuk menjatuhkan sanksi-sanksi baru terhadap Korea Utara atas uji coba misilnya tahun ini.
Hal itu menimbulkan kekhawatiran bahwa Korea Utara juga akan lolos dari hukuman bahkan jika melakukan provokasi yang lebih besar seperti uji coba nuklir, yang dilarang oleh resolusi PBB.
"Bahkan jika Korea Utara melakukan uji coba nuklir lain, ada kemungkinan tidak ada sanksi tambahan yang akan diterapkan di Dewan Keamanan PBB karena persaingan strategis AS-China dan ketegangan AS-Rusia atas perang Ukraina," kata pernyataan wakil menteri pertahanan Korea Selatan, Shin Beomchul, kepada Associated Press. “Saya pikir itu adalah tantangan terbesar dalam upaya untuk menyelesaikan masalah nuklir Korea Utara.”
Shin diwawancarai Associated Press menjelang forum keamanan tahunan yang diselenggarakan Korea Selatan yang berfokus pada kerja sama dalam mewujudkan denuklirisasi Korea Utara dan mengatasi masalah-masalah regional lainnya.
Acara yang berlangsung pada 6 hingga 8 September itu -- yang pertama sejak 2019 -- akan dihadiri para pejabat dan pakar pertahanan senior dari lebih dari 50 negara. Korea Utara tidak pernah berpartisipasi dalam Dialog Pertahanan Seoul itu sejak dimulai pada tahun 2012.
Forum itu akan berlangsung empat bulan setelah Presiden konservatif baru Korea Selatan Yoon Suk Yeol menjabat dengan tekad akan mengambil langkah-langkah lebih tegas terhadap provokasi Korea Utara terkait peningkatan aliansi militer Korea Selatan dengan Amerika Serikat.
Kebijakan Yoon terkait Korea Utara Yoon tidak meraih banyak kemajuan karena Pyongyang baru-baru ini secara blak-blakan menolak tawarannya untuk menerima manfaat ekonomi sebagai imbalan atas langkah-langkah perlucutan senjata dan bahkan mengancam akan menggunakan senjata nuklirnya dalam potensi konflik dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Beberapa pihak khawatir bahwa dorongan Yoon untuk memperkuat aliansi dengan AS dapat memicu pembalasan ekonomi dari China, mitra dagang terbesar Korea Selatan.
Shin mengatakan forum Seoul dirancang untuk memperluas kapasitas diplomatik Korea Selatan dalam menghadapi berbagai masalah keamanan regional yang kompleks.
"Sementara faktor krisis geopolitik seperti perang Ukraina dan persaingan strategis AS-China telah berkembang, Korea Utara juga mempercepat pembangunan senjata nuklirnya," katanya. “Di tengah tantangan-tantangan keamanan ini, akan sangat berarti bahwa kita mengadakan Dialog Pertahanan Seoul untuk melakukan pembicaraan yang komprehensif tentang perkembangan politik internasional, ancaman nuklir Korea Utara dan perubahan dalam perang internasional dan mencari cara untuk menanggapinya.”
Shin mengatakan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un akan kembali ke pembicaraan denuklirisasi jika China dan Rusia mendukung upaya untuk menjatuhkan sanksi-sanksi baru terhadap Korea Utara ketika melakukan uji coba nuklir dan misil balistik antarbenua yang dilarang. [ab/uh]
Forum