Data Kementerian Pertahanan Inggris menunjukkan hampir 1.000 migran menyeberangi Selat Inggris menuju ke Inggris pada Sabtu (3/9).
Kementerian itu mengatakan 20 kapal yang membawa 960 migran dideteksi telah menyeberangi Selat Inggris.
Selama 2022 ini saja lebih dari 26.000 orang menyeberangi Selat Inggris dengan kapal-kapal kecil.
Sudah lebih dari empat bulan sejak Menteri Dalam Negeri Inggris Priti Patel mengungkapkan rencana untuk mengirim migran ke Rwanda guna mencoba menghalangi migran menyeberangi Selat Inggris. Berdasarkan kesepakatan itu Inggris berencana mengirim sebagian migran yang tiba sebagai penumpang gelap atau dengan perahu kecil ke Rwanda, di mana klaim suaka mereka akan diproses. Pelamar yang mendapat suaka akan tinggal di negara Afrika itu dan tidak kembali ke Inggris.
Pemerintah Inggris mengatakan kebijakan itu akan mencegah kelompok perdagangan manusia yang mengangkut migran melintasi Selat Inggris.
Kelompok-kelompok hak-hak asasi manusia (HAM) mengatakan kebijakan itu tidak akan berjalan, dan bahwa tindakan mengirim orang-orang ke suatu negara yang tidak ingin mereka tuju ribuan mil jauhnya dari negara yang sebenarnya mereka tuju merupakan hal yang tidak manusiawi.
Inggris telah membayar Rwanda 120 juta poundsterling atau sekitar Rp 2 triliun, tetapi belum ada satu migran pun dikirim ke negara itu sesuai kesepakatan kedua negara.
Inggris terpaksa membatalkan penerbangan deportasi pertama ke Rwanda pada menit-menit terakhir Juni lalu setelah pengadilan HAM Eropa memutuskan bahwa rencana itu membawa “risiko bahaya nyata yang tidak dapat diubah lagi.” [em/jm]
Forum