Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, pada Selasa (15/11) malam, meluncurkan kampanye ketiga untuk menjadi orang nomor satu di Gedung Putih. Ia berupaya mengalihkan diri dari kekalahan sejumlah tokoh Partai Republik dalam pemilu paruh waktu yang mengecewakan dan menentang sejarah di tengah tanda-tanda bahwa pengaruhnya dalam partai tersebut mulai berkurang.
Trump menyampaikan pengumuman pencalonan ketiganya di kediamannya di Mar-a-Lago, tepat satu minggu setelah pemilu paruh waktu yang membuat Partai Demokrat berhasil kembali meraih kursi mayoritas di Senat dan memblokir kehadiran beberapa kandidat pilihan Trump.
Trump semula berharap dapat menggunakan keuntungan yang diraih Partai Republik dan prediksi akan terjadinya “red waves” – atau dukungan besar para pemilih Partai Republik – sebagai batu loncatan untuk meraih nominasi calon presiden dari partainya, dengan mendapatkan dukungan lebih dini dan mencegah munculnya penantang lain.
Sebaliknya, Trump kini dinilai bersalah karena mendukung sejumlah kandidat yang kalah dalam pemilu paruh waktu yang berlangsung minggu lalu itu, sementara Partai Demokrat masih menguasai Senat dan memiliki selisih suara tipis dengan Partai Republik di DPR.
Langkah untuk mencalonkan diri kembali sebagai calon presiden merupakan hal luar biasa bagi mantan presiden mana pun. Terlebih, Trump merupakan presiden yang membuat sejarah sebagai yang pertama dimakzulkan sebanyak dua kali dan masa jabatannya berakhir dengan insiden penyerbuan para pendukungnya ke gedung Capitol yang disertai dengan kekerasan dalam upaya menghentikan transisi kekuasaan secara damai pada 6 Januari 2021.
Trump juga sedang menghadapi serangkaian penyelidikan kriminal yang intensif, termasuk penyelidikan dari Departemen Kehakiman AS terhadap puluhan dokumen dengan tanda rahasia yang ditemukan di dalam kotak dan laci di kediamannya di Mar-a-Lago.
Sejumlah pembantu dekat dan sekutunya telah meminta Trump untuk menunda pengumuman pencalonan dirinya kembali hingga pemilu paruh waktu selesai, terutama hingga berakhirnya pemilu putaran kedua untuk perebutan kursi Senat di Georgia yang digelar pada 6 Desember mendatang.
Tetapi Trump, yang sangat bersemangat untuk segera kembali menjadi sorotan, berharap dapat mencegah munculnya penantang-penantang potensial dari Partai Republik, seperti Gubernur Florida Ron DeSantis. De Santis dengan mudah memenangkan kembali pemilu paruh waktu pada Selasa (8/11) lalu dan kini didesak banyak kalangan di partainya untuk mencalonkan diri sebagai presiden.
Dalam sejarah Amerika Serikat, hanya satu presiden yang memiliki dua masa jabatan secara tidak berturut-turut, yaitu Grover Cleveland, yang berkuasa pada tahun 1884 dan 1892. [em/rs]
Forum