Tautan-tautan Akses

Turki: Masih Banyak yang Harus Dilakukan Swedia untuk Bergabung dengan NATO


Seorang tentara membawa bendera NATO di pangkalan militer Rukla, Lituania 4 Februari 2019. (Foto: REUTERS/Ints Kalnins )
Seorang tentara membawa bendera NATO di pangkalan militer Rukla, Lituania 4 Februari 2019. (Foto: REUTERS/Ints Kalnins )

Turki menghargai langkah Swedia sejauh ini untuk mendapatkan persetujuan demi bergabung dengan NATO. Akan tetapi, Turki mengatakan, upaya itu bahkan belum “setengah jalan” menuju pemenuhan komitmen yang dibuat Swedia untuk memperoleh dukungan Ankara, kata menteri luar negeri Turki pada Kamis (22/12).

Menlu Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan keputusan pengadilan Swedia untuk tidak mengekstradisi seorang laki-laki yang diburu Turki karena diduga terkait dengan upaya kudeta yang gagal tahun 2016 telah “meracuni” atmosfer positif proses negosiasi keanggotaan Swedia dalam aliansi militer tersebut.

Swedia dan Finlandia mengakhiri kebijakan nonblok militer mereka tahun ini dan memutuskan untuk mengajukan keanggotaan NATO menyusul invasi Rusia ke Ukraina.

Penerimaan keanggotaan itu membutuhkan persetujuan bulat ke-30 anggota NATO saat ini.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, kanan, dan perdana menteri baru Swedia, Ulf Kristersson, berbicara kepada media setelah pembicaraan mereka di istana kepresidenan di Ankara, Turki, Selasa, 8 November 2022. (Foto: AP)
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, kanan, dan perdana menteri baru Swedia, Ulf Kristersson, berbicara kepada media setelah pembicaraan mereka di istana kepresidenan di Ankara, Turki, Selasa, 8 November 2022. (Foto: AP)

Turki telah menahan proses itu sambil menekan kedua negara Nordik tersebut untuk menindak kelompok-kelompok yang dianggap Turki sebagai organisasi teroris dan meminta mereka mengekstradisi orang-orang yang diduga terlibat kejahatan terorisme.

Parlemen 28 negara NATO telah meratifikasi keanggotaan Swedia dan Finlandia. Hanya Turki dan Hungaria yang belum memberikan persetujuan mereka.

Dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billström, Cavusoglu mengatakan bahwa pemerintah Turki masih menantikan “perkembangan nyata” mengenai permintaan ekstradisi dan pembekuan aset.

Selain itu, beberapa perusahaan pertahanan Turki juga tidak dapat membeli beberapa peralatan dari Swedia meskipun larangan senjata telah dicabut, tambahnya.

“Ada dokumennya, dan itu harus dilaksanakan. Kita bahkan belum sampai setengah jalan. Kita masih ada di awal,” ujarnya, merujuk pada nota kesepahaman yang ditandatangani Turki, Swedia dan Finlandia pada bulan Juni.

Berdasar nota kesepahaman itu, kedua negara setuju untuk menyelesaikan isu keamanan yang dipermasalahkan Turki, termasuk permintaan untuk mendeportasi dan mengekstradisi militan Kurdi dan orang-orang yang terkait dengan sebuah jaringan yang dioperasikan oleh ulama Muslim Fethullah Gullen yang berbasis di AS.

Pemerintah Turki menuduh Gulen mendalangi upaya kudeta pada tahun 2016. Gulen membantah tuduhan itu.

Kunjungan Billström dilakukan beberapa hari setelah pengadilan tinggi Swedia menolak mengekstradisi jurnalis Bulent Kenes, yang dituduh Turki sebagai salah satu otak di balik upaya kudeta.

Kenes, yang menerima suaka di Swedia, merupakan editor surat kabar berbahasa Inggris Today’s Zaman, yang sebelumnya dimiliki oleh jaringan Gulen dan ditutup pemerintah sebagai bagian dari upaya penumpasan kelompok tersebut.

Billström menegaskan kembali bahwa Swedia bertekad memenuhi komitmennya dan mengatakan bahwa Stockholm sedang dalam proses memperkuat Undang-Undang Antiterorisme-nya. [rd/ka]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG