China menyatakan dukungan untuk Sri Lanka menjelang pertemuan negara-negara pemberi pinjaman untuk ekonomi-ekonomi miskin pada Jumat mendatang (17/2), tetapi tidak mengatakan apakah negara itu akan membantu memangkas utang bernilai miliaran dolar yang telah menjerumuskan negara kepulauan Samudra Hindia itu ke dalam kekacauan keuangan dan politik.
Beijing adalah salah satu kreditur terbesar Sri Lanka setelah negara miskin itu meminjam di bawah Prakarsa Sabuk dan Jalan Presiden Xi Jinping untuk memperluas perdagangan dengan membangun pelabuhan-pelabahuan dan fasilitas-fasilitas lainnya di seluruh Asia dan Afrika.
China telah menawarkan penangguhan pembayaran selama dua tahun tetapi menolak untuk memotong jumlah pinjaman. Sikap Beijing ini merupakan kendala bagi Sri Lanka untuk mendapatkan pinjaman darurat dari Dana Moneter Internasional, yang ingin kreditur-kreditur lain menyetujui pengurangan utang.
Para pejabat China akan menghadiri pertemuan para pemberi pinjaman yang diselenggarakan oleh IMF dan Paris Club – kelompok negara-negara besar pemberi pinjaman. Direktur pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, mengatakan bulan lalu lembaga itu berbicara dengan Beijing tentang cara-cara "mengurangi beban utang.''
Paris Club, setelah mengumumkan jaminan minggu lalu untuk bekerja sama dengan Sri Lanka, mengatakan “Anggota-anggota Paris Club serta Hungaria dan Arab Saudi mendesak kreditur bilateral resmi lainnya, termasuk China, untuk melakukan hal yang sama sejalan dengan parameter program IMF segera mungkin.''
Utang Sri Lanka ke China sekitar 10% dari utang luar negerinya yang mencapai $51 miliar. Negara kepulauan berpenduduk 22 juta jiwa itu kehabisan mata uang asing tahun lalu. Keadaan itu memicu pemadaman listrik, kekurangan pangan, dan protes yang memaksa presiden dan perdana menteri mengundurkan diri.
China “bersedia bekerja dengan negara-negara terkait dan lembaga-lembaga keuangan internasional untuk terus memainkan peran positif membantu Sri Lanka mengatasi kesulitan saat ini,'' kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, ketika ditanya apakah Beijing akan menyetujui pengurangan utang.
Wang mengulangi pernyataan resmi sebelumnya bahwa China mendukung aplikasi Sri Lanka untuk pinjaman IMF dan akan membantu pemerintah meminta bantuan dari kreditur-kreditur lainnya.
Bank Ekspor-Import China bulan lalu menawarkan kepada Sri Lanka penangguhan pembayaran selamat dua tahun. Seorang pejabat Amerika mengatakan itu bantuan itu kurang berarti dan meminta Beijing untuk menawarkan lebih banyak bantuan.
“Kami sedang berdiskusi langsung dengan China,” kata Presiden Rani Wickremesinghe pekan lalu dalam pidatonya di hadapan parlemen. “Kami sekarang berusaha untuk menyatukan pendekatan negara-negara lain dan China.''
Situasi Sri Lanka mencerminkan kondisi di puluhan negara dari kepulauan Pasifik Selatan hingga beberapa negara termiskin di Asia dan Afrika yang mendapatkan pinjaman di bawah Prakarsa Sabuk dan Jalan. Total utang negara-negara miskin meningkat, meningkatkan risiko bahwa negara-negara lain mungkin mengalami kesulitan.
Beijing telah memaafkan bunga yang harus dibayar oleh beberapa pihak tetapi telah menghindari menuliskan jumlah pinjaman.
Sejumlah ekonom mengatakan Beijing mungkin menolak memangkas utang Sri Lanka karena takut para peminjam lain menginginkan keringanan serupa.
April lalu, pemimpin oposisi Wickremesinghe mengatakan kepada Republic TV bahwa China menawarkan pinjaman $1 miliar dan bukan mengurangi utang Sri Lanka. Pinjaman itu akan memungkinkan pemerintah melakukan pembayaran, tetapi total utang akan naik. [ab/lt]
Forum