Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) bekerja sama dengan pihak berwenang Kamboja setelah ditemukannya dua kasus flu burung H5N1 pada manusia di negara itu. Kasus yang telah dikonfirmasi itu terjadi pada sebuah keluarga.
Dr Sylvie Briand, Direktur Kesiapsiagaan dan Pencegahan Epidemi dan Pandemi WHO, menggambarkan situasi di negara tersebut sebagai "mengkhawatirkan” menyusul terjadinya peningkatan kasus pada burung dan mamalia baru-baru ini.
Padahal penilaian WHO pada awal bulan ini menyebutkan risiko penyebaran flu burung pada manusia masih tergolong rendah.
Pihak berwenang Kamboja pada Kamis (23/2) melaporkan kematian seorang anak perempuan berusia 11 tahun karena H5N1. Pemerintah mulai melakukan pengujian terhadap 12 orang yang memiliki kontak langsung dengan korban. Ayahnya, yang menunjukkan gejala, juga dinyatakan positif terkena virus.
"Situasi global H5N1 mengkhawatirkan mengingat meluasnya penyebaran virus pada burung di seluruh dunia dan meningkatnya laporan kasus pada mamalia, termasuk manusia," kata Briand. "WHO menganggap risiko dari virus ini serius dan mendesak kewaspadaan tinggi dari semua negara."
Briand mengatakan belum jelas apakah ada penularan dari manusia ke manusia, yang merupakan alasan utama untuk fokus pada kasus di Kamboja. Bisa juga kedua kasus tersebut disebabkan oleh "kondisi lingkungan yang sama", kemungkinan kontak dekat dengan unggas yang terinfeksi atau hewan lain.
Strain baru H5N1, varian 2.3.4.4b, muncul pada 2020 dan telah menyebabkan kematian pada unggas liar dan unggas domestik mencapai rekor dalam beberapa bulan terakhir. Varian itu juga menginfeksi mamalia sehingga meningkatkan kekhawatiran global.
Namun, tidak seperti wabah H5N1 sebelumnya yang ada selama lebih dari dua dekade, subtipe ini tidak menyebabkan penyakit yang signifikan pada manusia. Sejauh ini, hanya sekitar kurang dari 10 kasus pada orang yang memiliki kontak dekat dengan unggas yang terinfeksi, dan sebagian besar ringan, yang dilaporkan ke WHO. Para ahli menyarankan virus mungkin perlu berubah agar penularan manusia terjadi.
WHO mengatakan akan meningkatkan upaya kesiapsiagaan. Badan tersebut memastikan ketersediaan antivirus serta 20 vaksin pandemi berlisensi jika situasinya berubah. Namun keduanya memang harus diperbarui agar lebih cocok dengan strain H5N1 yang beredar. [ah/ft]
Forum