Berbagai kisah dengan tokoh utama perempuan memenuhi daftar film yang mengincar Academy Award, atau penghargaan Oscar, pada hari Minggu mendatang. Ini mencerminkan kemajuan dalam industri yang telah lama menurunkan perempuan ke peran-peran sekunder di bawah bayang-bayang tokoh utama lelaki. Namun Hollywood dianggap masih tertinggal dalam hal kesetaraan gender.
Michelle Yeoh berjuang melewati jagat majemuk. Angela Basset memimpin negara yang berduka saat berperang, dan Cate Blanchett dengan licik memanipulasi para anggota orkestra kelas dunia. Film yang dibintangi Blanchett, "Tar", masuk nominasi film terbaik.
Saingannya adalah film unggulan "Everything Everywhere All at Once", film petualangan kung-fu yang dibintangi Yeoh sebagai protagonis yang bertugas menyelamatkan dunia. "Women Talking", mengenai perempuan Mennonite yang bergulat menghadapi serangan seksual di komunitasnya, juga masuk nominasi film terbaik.
Dalam kategori aktris pendukung terbaik, Angela Basset dinominasikan berkat perannya sebagai Ratu Ramonda dalam "Black Panther: Wakanda Forever", film superhero Marvel yang menampilkan pahlawan perempuan di garis depan.
Meski demikian, Hollywood ternyata masih jauh dari kesetaraan gender.
Sutradara dan penulis skenario "Women Talking", Sarah Polley mengatakan, "Percakapan yang telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir, jalan di tempat. Maksud saya, apakah dunia telah berubah sebanyak yang kita inginkan? Tentu saja tidak. Dalam banyak hal malah ada kemunduran.”
Pada tahun 2017, gerakan #MeToo mendorong perempuan untuk berbicara mengenai kurangnya porsi mereka di Hollywood dan menuntut kesetaraan. Data menunjukkan ada peningkatan.
Menurut temuan peneliti UCLA, perempuan menyumbang 47,2 persen peran utama dalam film dan teater terkemuka pada tahun 2021, naik dari 32,9 persen pada tahun 2017.
Tetapi di antara para sutradara, peran paling berpengaruh dalam pembuatan film, hanya 21,8 persen di antaranya perempuan, naik dari 12,6 persen pada tahun 2017. Hanya tiga perempuan yang pernah meraih Oscar sebagai sutradara terbaik dalam 94 tahun sejarah penghargaan ini.
Tahun ini tak seorang pun sutradara perempuan masuk nominasi, padahal ada Polley dan Gina Prince-Blythewood, sutradara "The Woman King".
Jajaran eksekutif yang memberi persetujuan tentang produksi film dan menetapkan anggaran juga sangat condong pada lelaki, menurut data UCLA tahun 2020. Para peneliti mendapati 82 persen CEO studio film adalah lelaki, begitu pula 80 persentim manajemen bawah level CEO.
Untuk mendorong kesetaraan gender, para aktivis menciptakan stempel ReFrame, suatu sertifikasi yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa produser merekrut perempuan sedikitnya setengah dari pemeran kunci di layar dan di belakang kamera. Pada tahun 2022, 29 dari 100 film peraih penghasilan terbanyak di AS dan Kanada memenuhi kriteria itu.
"Ada semakin banyak perempuan di balik kamera yang membuat keputusan. Kita perlu lebih banyak itu. Jika Anda lihat statistik mengenai perempuan yang mengelola studio, ini tidak setara. Jadi ini adalah perjuangan untuk mendapatkan lebih banyak kursi di meja, meja kepemimpinan, untuk memastikan hal ini menjadi normanya,” kata aktris Lupita Nyong’o.
Sutradara "Tar" Todd Field mengatakan ia berharap Hollywood tidak lagi bersikap seperti pada masa lalu dalam hal gender. Satu dekade silam, katanya, ia diberitahu bahwa ia dapat memperoleh anggaran yang lebih besar untuk filmnya jika pemeran utamanya adalah lelaki.
Field mengatakan, "Ada tradisi besar mengenai tokoh perempuan yang kuat dan pemeran utama perempuan yang kuat dalam sejarah film, terutama pada tahun 1950-an. Mengapa ini berubah, saya tidak tahu pasti.”
Lebih banyak lagi film yang berpusat mengenai perempuan dijadwalkan diputar di bioskop-bioskop dalam beberapa bulan mendatang. Di antaranya The Marvels, film superhero dengan tiga pemeran utama perempuan; adaptasi novel "Are You There God? It’s Me, Margaret", dan versi baru Barbie dari sutradara yang pernah meraih nominasi Oscar, Greta Gerwig.
Sementara itu, ketika ditanya mengenai keterwakilan perempuan secara umum, Michelle Yeoh mengatakan, "Kita perlu kesetaraan bagi perempuan juga. Kita perlu keterwakilan perempuan yang lebih banyak, dan terutama perempuan berusia lanjut.”
Kaum perempuan yang usianya lebih lanjut, khususnya, harus melawan pemikiran bahwa masa-masa keemasan mereka telah lewat, lanjut Yeoh. Aktris berusia 60 tahun itu mengatakan, “Kita harus mengubah semua omong kosong itu, dan saya di sini untuk melakukannya.” [uh/ab]
Forum