Menteri Pertahanan Australia Richard Marles menegaskan Australia “jelas-jelas” tidak menjanjikan akan mendukung Amerika Serikat (AS) dalam konflik militer terkait Taiwan sebagai imbalan kesepakatan pembelian sejumlah kapal selam penyerang bertenaga nuklir dari AS.
Pada Senin (13/3), Australia, AS, dan Inggris mengumumkan proyek AUKUS (Australia - United Kingdom - U.S.) yang akan berjalan selama beberapa dasawarsa. Pemerintah Australia rencananya akan membeli kapal selam militer kelas Virginia dari AS. Nantinya, Inggris dan Australia akan memproduksi dan mengoperasikan kapal selam kelas baru, SSN-AUKUS.
Pemerintah Australia yang dikuasai Partai Buruh mengatakan kesepakatan senilai 368 miliar dolar Australia atau senilai Rp 3.821 triliun, sangat diperlukan mengingat peningkatan kekuatan militer China di kawasan itu. Peningkatan kekuatan militer China disebut-sebut sebagai upaya terbesar sejak Perang Dunia Kedua.
Ketika ditanya apakah Australia menjanjikan komitmen untuk membantu AS saat ada konflik mengenai Taiwan sebagai imbalan pembelian kapal selam, Marles mengatakan kepada stasiun televisi ABC: “Tentu saja tidak, dan juga tidak ada permintaan [dari AS.red].
Dia mengatakan “Sama sekali tidak ada” kewajiban quid pro bagi Australia dari kesepakatan itu.
China memandang Taiwan yang diperintah secara demokratis sebagai wilayahnya dan tidak pernah menepis opsi penggunaan kekuatan untuk mengambil kembali kepulauan itu. Presiden AS Joe Biden mengatakan AS akan membela Taiwan bila ada “serangan tak terduga” oleh China.
Berdasarkan kesepakatan AUKUS, AS akan menjual tiga kapal selam yang diproduksi oleh General Dynamics pada awal 2030. Australia punya opsi untuk membeli dua kapal selam tambahan. Para sekutu Australia di Asia menyambut baik kesepakatan AUKUS, sedangkan China menyebut kesepakatan itu sebagai proliferasi atau penyebaran nuklir. [ft/ah]
Forum