Anggota komunitas Australia-Ukraina Selasa menentang kepresidenan Rusia di Dewan Keamanan PBB yang akan datang, dengan melancarkan protes di Canberra. Penyelenggara rapat umum mengatakan dalam pernyataan bahwa "untuk pertama kali dalam sejarah dunia, agresor dan negara sponsor terorisme akan menjadi presiden Dewan Keamanan."
Duta Besar Rusia untuk Australia, Alexey Pavlovsky, percaya bahwa dukungan untuk Ukraina di Australia salah arah. Dia mengklaim publik Australia telah "dicuci otak" dan mengabaikan motif Rusia menginvasi Ukraina. Pihak berwenang di Rusia mengatakan mereka hendak "mendemiliterisasi dan denazifikasi" Ukraina.
Pavlovsky juga mengutuk tuduhan Pengadilan Kriminal Internasional atau ICC bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah melakukan kejahatan perang di Ukraina. Ia menilai tuduhan itu "bias".
Surat perintah penangkapan Putin telah dikeluarkan. Tuduhan itu berfokus pada deportasi anak-anak Ukraina dari wilayah pendudukan Ukraina. Pihak berwenang di Rusia membantah tuduhan itu dan mengecam surat perintah penangkapan itu sebagai "keterlaluan".
Pavlovsky Senin (20/3) mengatakan kepada media penyiaran Australia, Australian Broadcasting Corp., bahwa penyelidikan ICC sepihak dan berprasangka.
“Pertama-tama, saya ingin melihat laporan ini. Dari apa yang saya lihat, sejauh ini, saya menyimpulkan bahwa institusi yang Anda maksud, lebih dari bias. Mereka memiliki visi yang sempit. Mereka memilih untuk tidak memperhatikan banyak bukti kejahatan perang yang dilakukan Ukraina. Jadi, poin saya adalah bahwa penyelidikan apa pun seharusnya tidak memihak,” ujarnya.
Rusia bukan negara anggota ICC. Pengadilan yang berbasis di Den Haag itu tidak memiliki wewenang di sana. Tetapi Presiden Putin bisa ditangkap jika dia melakukan perjalanan ke salah satu dari 123 negara anggota ICC.
Australia menjanjikan $680.000 dan tiga staf untuk mendukung penyelidikan ICC atas dugaan kejahatan perang Rusia. Walaupun bukan anggota NATO, Australia adalah kontributor terbesar bagi upaya perang Ukraina. Australia memasok rudal dan kendaraan angkut personel lapis baja.
Sejak invasi dimulai lebih dari setahun lalu, Australia telah menerapkan sanksi terhadap ratusan politisi Rusia, termasuk Presiden Putin, komandan-komandan militer, dan para pebisnis.
Itu adalah hukuman terberat yang pernah diberikan Australia ke negara lain.
Sementara itu, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Selasa (21/3), melakukan kunjungan mendadak ke Kyiv. Ia ‘mencuri’ sebagian perhatian global terhadap saingannya di Asia, Presiden China Xi Jinping. Xi berada di Moskow untuk menunjukkan dukungan bagi Rusia yang melawan Barat atas invasinya ke Ukraina.
Kedua lawatan, terpisah jarak sekitar 800 kilometer, menyoroti dampak perang yang hampir berlangsung 13 bulan bagi diplomasi internasional ketika negara-negara membela Rusia atau Ukraina.
Dunia dalam seminggu ini melihat China dan Jepang sama-sama menikmati keberhasilan diplomatik yang telah memperkuat kebijakan luar negeri mereka.
Kishida, yang akan memimpin KTT G7 Mei nanti, bertemu Presiden Volodymyr Zelenskyy di ibu kota Ukraina. Pertemuan itu bertepatan dengan pembicaraan Xi untuk hari kedua dengan Presiden Vladimir Putin.
"Invasi Rusia ke Ukraina adalah agresi yang mengguncang fondasi tatanan internasional, yang sangat saya rasakan setelah saya mengunjungi Kyiv dan Bucha hari ini. Saya melihat langsung tragedi invasi Rusia," kata Kishida.
Kishida akan "menunjukkan rasa hormat terhadap keberanian dan kesabaran rakyat Ukraina yang tegak membela tanah air di bawah kepemimpinan Presiden Zelenskyy. Ia menunjukkan solidaritas dan dukungan teguh untuk Ukraina sebagai kepala Jepang dan ketua G7," dalam kunjungannya ke Ukraina, kata Kementerian Luar Negeri Jepang ketika mengumumkan lawatan Kishida ke Kyiv. [ka/lt]
Forum