Jet-jet tempur Sudan menggempur posisi paramiliter di Khartoum pada hari Kamis, sementara pertempuran maut dan penjarahan marak di Darfur, meskipun militer dan kekuatan saingannya itu setuju untuk memperpanjang kesepakatan gencatan senjata.
Pada jam-jam terakhir gencatan senjata tiga hari yang berulang kali dilanggar, yang berakhir Kamis tengah malam, militer dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) mengumumkan perpanjangan 72 jam setelah mendapat tekanan dari Arab Saudi dan Amerika Serikat.
Sudah berkali-kali ada upaya gencatan senjata sejak pertempuran meletus pada 15 April antara militer Sudan yang dipimpin Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan paramiliter RSF yang dipimpin oleh Mohamed Hamdan Daglo, mantan deputi panglima militer Sudan yang beralih menjadi rivalnya. Semua upaya itu gagal.
Para perwakilan asing yang terlibat dalam upaya memadamkan pertempuran menyambut baik kesepakatan memperpanjang gencatan senjata dan mendesak pemberlakuannya secara penuh.
Dalam pernyataan bersama, Uni Afrika, PBB, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Inggris dan AS memuji “kesiapan kedua pihak untuk terlibat dialog ke arah penetapan gencatan senjata yang lebih bertahan lama dan memastikan akses kemanusiaan yang tanpa hambatan.”
Mereka mengatakan, hal itu dapat diikuti oleh rencana deeskalasi yang disusun dalam cetak biru perdamaian 20 April.
“Kami menyambut baik pengumuman Angkatan Bersenjata Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat mengenai perpanjangan gencatan senjata di Sudan 72 jam lag,” cuit Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Twitter.
Gempuran hebat masih terjadi
Pada hari Kamis, pesawat-pesawat tempur terbang di atas pinggiran utara ibu kota sementara para pejuang di darat baku tembak artileri dan senapan mesin berat, kata para saksi mata. “Saya mendengar penembakan hebat di luar rumah saya,” kata seorang warga Khartoum kepada AFP yang meminta tidak disebutkan namanya.
Sedikitnya 512 orang telah tewas dan 4.193 lainnya terluka dalam pertempuran, menurut data Kementerian Kesehatan, meskipun angka korban tewas kemungkinan besar lebih tinggi lag.
Rumah sakit-rumah sakit telah dibombardir dan lebih dari dua per tiganya tidak beroperasi, kata serikat dokter, yang melaporkan sedikitnya delapan warga sipil tewas di Khartoum saja pada hari Rabu.
Program Pangan Dunia PBB mengatakan kekerasan dapat menjerumuskan jutaan orang ke dalam kelaparan d Sudan, di mana 15 juta orang – sepertiga populasinya – membutuhkan bantuan. [uh/lt]
Forum