Presiden Vladimir Putin mengatakan kepada Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva, Jumat (26/5), bahwa Rusia terbuka untuk dialog mengenai Ukraina. Kremlin menyampaikan pernyataan tersebut tak lama setelah Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov menyambut utusan perdamaian China yang melawat ke Moskow.
Rusia telah berulang kali mengatakan terbuka untuk melanjutkan pembicaraan damai dengan Kyiv, yang terhenti beberapa bulan setelah Moksow menginvasi Ukraina pada awal tahun lalu, dan menyambut baik upaya mediasi dari Brazil dan China.
Namun ia bersikeras bahwa setiap negosiasi harus didasarkan pada "realitas baru", yang berarti aneksasi yang diumumkan atas empat provinsi Ukraina yang sebagian besar atau sebagian dikendalikannya. Kyiv menolak persyaratan itu.
China sendiri menandatangani kemitraan "tanpa batas" dengan Rusia kurang dari tiga minggu sebelum invasi. Beijing tidak hanya menahan diri untuk tidak mengkritik Moskow, tetapi juga secara dramatis meningkatkan volume impor energi Rusia sejak dimulainya perang.
China mengajukan sebuah proposal perdamaian dengan Ukraina yang terdiri dari 12 poin. Rencana tersebut menyebutkan adanya deklarasi gencatan senjata, tetapi Beijing tidak menyuarakan bahwa Rusia harus menarik diri dari wilayah mana pun yang telah direbutnya.
Dalam pertemuannya dengan Li, Lavrov mengucapkan terima kasih atas "posisi seimbang" China dan kesediaan untuk memainkan peran positif, kata Kementerian Luar Negeri Rusia.
Proposal China tersebut memicu skeptisisme dari Barat. Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO mengatakan Beijing tidak memiliki kredibilitas sebagai mediator. Presiden China Xi Jinping melakukan kunjungan kenegaraan ke Moskow pada Maret
Lula juga menempatkan dirinya sebagai mediator perdamaian dan mengusulkan, sejalan dengan tradisi non-intervensi dan netralitas Brazil, bahwa sekelompok negara yang tidak terlibat dalam perang harus melibatkan Rusia dan Ukraina dalam pembicaraan.
"Saya menegaskan kembali kesediaan Brazil, bersama dengan India, Indonesia, dan China, untuk berbicara dengan kedua belah pihak yang berkonflik untuk mencapai perdamaian," cuitnya.
Lula mengutuk invasi itu. Namun, bulan lalu dia mengatakan bahwa Barat telah "mendorong" perang dengan mempersenjatai Ukraina. Pernyataan Lula itu membuat Washington berang, tapi menyenangkan bagi Moskow.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tidak bertemu Lula ketika keduanya menghadiri KTT Kelompok Tujuh (G7) di Jepang akhir pekan lalu, meskipun ia meluangkan waktu untuk melakukan pembicaraan dengan sejumlah pemimpin negara lainnya.
Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev, sekutu senior Putin yang vokal dan sering kali memberikan pernyataan kontroversial, dikutip pada Jumat (26/5) mengatakan bahwa Rusia tidak dapat mempercayai gencatan senjata apa pun dengan Ukraina. Ia berpendapat Moskow harus menghancurkan kekuasaan di Kyiv. [ah/ft]
Forum