Uni Eropa mendorong platform-platform online seperti Google dan Meta untuk meningkatkan upaya memerangi disinformasi dengan menambahkan label khusus pada teks, foto dan konten lain yang dibuat oleh teknologi kecerdasan buatan (AI), kata pejabat tinggi UE hari Senin (5/6).
Wakil Presiden Komisi UE Vera Jourova mengatakan, kemampuan chatbot AI generasi baru untuk menciptakan konten dan visual yang kompleks dalam hitungan detik meningkatkan “tantangan baru dalam perang melawan disinformasi.” Chatbot, atau bot percakapan, adalah program komputer yang menyimulasikan percakapan intelektual dengan manusia.
Jourova mengatakan, ia meminta Google, Meta, Microsoft, TikTok dan perusahaan teknologi lain yang bergabung dalam perjanjian sukarela Uni Eropa dalam memerangi disinformasi untuk mendedikasikan usaha untuk mengatasi masalah AI.
Platform-platform online yang mengintegrasikan AI generatif ke dalam layanannya, seperti mesin pencari Bing milik Microsoft dan chatbot Bard milik Google, harus membangun sistem perlindungan untuk mencegah “aktor jahat” menciptakan disinformasi, ungkap Jourova dalam jumpa pers di Brussel.
Perusahaan-perusahaan yang menawarkan layanan yang berpotensi menyebarkan disinformasi yang dibuat oleh AI harus meluncurkan teknologi untuk “mengenali konten semacam itu dan dengan jelas memberi label pada konten tersebut kepada pengguna,” ujarnya.
Jourova mengatakan, peraturan UE disusun untuk melindungi kebebasan berpendapat, akan tetapi saat berkenaan dengan AI, “Saya tidak melihat adanya hak bagi mesin untuk memiliki kebebasan berpendapat.”
Peningkatan pesat teknologi AI generatif, yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan teks, gambar dan video yang sangat mirip dengan manusia, telah membuat kagum banyak orang dan membuat sebagian lainnya khawatir terhadap kemungkinannya mengubah banyak aspek kehidupan sehari-hari. Eropa memimpin gerakan dunia untuk meregulasi kecerdasan buatan dengan RUU AI-nya, meski legislasi itu masih memerlukan persetujuan akhir dan baru akan berlaku dalam beberapa tahun ke depan.
Para pejabat UE, yang tahun ini menciptakan serangkaian aturan terpisah untuk melindungi masyarakat dari konten daring yang berbahaya, khawatir mereka harus bertindak lebih cepat untuk mengimbangi perkembangan cepat kecerdasan buatan generatif.
Komitmen sukarela dalam perjanjian disinformasi akan segera menjadi kewajiban hukum di bawah UU Layanan Digital UE, yang akan memaksa perusahaan-perusahaan raksasa teknologi untuk mengawasi platform mereka secara lebih baik demi melindungi para pengguna dari ujaran kebencian, disinformasi dan materi merugikan lainnya, paling lambat mulai Agustus mendatang.
Meski demikian, Jourova mengatakan, perusahaan-perusahaan itu harus mulai melabeli konten buatan AI sekarang juga.
Sebagian besar raksasa teknologi telah bergabung dalam perjanjian UE, yang mewajibkan mereka untuk mengukur kinerja dalam memerangi disinformasi dan menerbitkan laporan rutin soal kemajuan mereka.
Twitter menarik diri dari perjanjian itu bulan lalu dalam apa yang tampaknya menjadi upaya terbaru Elon Musk untuk melonggarkan pembatasan di perusahaan media sosial yang dibelinya akhir tahun lalu itu.
Penarikan itu memicu kecaman keras, di mana Jourova menyebutnya sebuah kesalahan.
“Twitter telah memilih jalan yang sukar. Mereka memilih konfrontasi,” ungkapnya. “Jangan salah, dengan meninggalkan perjanjian, Twitter telah menarik banyak perhatian, selain itu, tindakan dan kepatuhannya pada hukum UE akan diawasi secara seksama dan dengan mendesak.” [rd/jm]
Forum