Presiden Rusia Vladimir Putin pada Sabtu (17/6) menolak proposal perdamaian dengan Ukraina yang diajukan para pemimpin Afrika. Putin memberi daftar alasan mengapa dia percaya banyak usulan dalam proposal mereka yang salah arah. Penolakan Putin tersebut memupus rencana perdamaian yang sebelumnya juga sudah ditolak oleh Kyiv.
Para pemimpin Afrika itu menjajaki kesepakatan tentang serangkaian "langkah-langkah untuk membangun kepercayaan,” meski pekan lalu Kyiv memulai serangan balasan untuk memukul mundur pasukan Rusia dari wilayah selatan dan timur Ukraina yang mereka duduki.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan setelah bertemu mereka di Kyiv pada Jumat (16/6) bahwa pembicaraan damai akan mensyaratkan Moskow untuk menarik pasukannya dari wilayah Ukraina yang diduduki. Rusia sudah mengatakan hal itu tidak dapat dinegosiasikan.
Putin berdialog dengan perwakilan dari Senegal, Mesir, Zambia, Uganda, Republik Kongo, Komoro dan Afrika Selatan pada Sabtu (17/6) di sebuah istana dekat St Petersburg. Putin menekankan komitmen Rusia terhadap benua itu.
Namun setelah sejumlah presentasi dari presiden Komoro, Senegal, dan Afrika Selatan, dia malah menantang asumsi rencana tersebut sebelum pernyataan-pernyataan berikutnya berlanjut. Asumsi rencana perdamaian itu sendiri dibuat berdasarkan penerimaan perbatasan yang diakui secara internasional.
Putin menegaskan kembali pendiriannya bahwa Ukraina dan sekutu Baratnya telah memulai konflik jauh sebelum Rusia mengirim angkatan bersenjatanya ke perbatasan pada Februari tahun lalu. Ukraina dan para sekutu Baratnya membantah tudingan Rusia.
Dia mengatakan Barat dan bukan Rusia, yang bertanggung jawab atas kenaikan tajam harga pangan global pada awal tahun lalu yang memukul Afrika dengan telak.
Dia mengatakan kepada delegasi bahwa ekspor biji-bijian Ukraina dari pelabuhan Laut Hitam yang diizinkan Rusia selama setahun terakhir tidak dapat meringankan kesulitan Afrika yang menghadapi harga pangan yang tinggi. Pasalnya sebagian besar biji-bijan Ukraina tersebut telah dialokasikan untuk negara-negara kaya.
Putin menegaskan Rusia tidak pernah menolak pembicaraan dengan pihak Ukraina. Moskow, bagaimanapun, berulang kali mengatakan perdamaian apa pun harus melahirkan "realitas baru.” Artinya, pengakuan atas aneksasi Rusia terhadap lima provinsi Ukraina, empat di antaranya hanya dikontrol sebagian.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan dalam sambutannya di televisi bahwa Moskow berbagi "pendekatan utama" dari rencana Afrika. Namun, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dikutip oleh kantor berita Rusia mengatakan itu "sulit untuk diwujudkan."
Peskov mengatakan Putin menunjukkan minat pada rencana berisi 10 poin yang dikemukakan oleh Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa dalam presentasinya, dan Rusia akan melanjutkan dialog dengan negara-negara Afrika.
Putin mengatakan Moskow "terbuka untuk dialog konstruktif dengan siapa pun yang ingin membangun perdamaian berdasarkan prinsip keadilan dan pengakuan atas kepentingan sah para pihak." [ah/ft]
Forum