Di suatu siang di Bulan Juni ketika suhu mencapai 38 derajat Celsius, Alejandra Pena tampak memberi minum anaknya. Seperti anak-anak lainnya yang berada di kamp pengungsi, yang terdiri dari tenda-tenda di pinggiran sungai yang memisahkan antara wilayah Amerika Serikat dan Meksiko, anaknya menderita diare. Pena khawatir bahwa anak laki-lakinya itu akan mengalami dehidrasi.
"Ayo minum, Nataniel. Minum," bujuk Pena. Salah satu kelompok bantuan yang berada di kamp tersebut mengatakan padanya bahwa Natanel kekurangan gizi dan berat badannya berada di bawah batas normal. Pena mengatakan kondisi yang dialami oleh anaknya itu disebabkan oleh kurangnya air bersih dan sanitasi yang tidak baik di area kamp pengungsian.
Pena, 34, melarikan diri dari Venezuela setelah kelompok kriminal membunuh saudara perempuannya, menurut wawancara dan catatan polisi. Berharap dapat mendapatkan suaka di Amerika Serikat, ia mengatakan kini keluarganya terjebak di wilayah Meksiko utara karena aturan baru perbatasan AS yang diadopsi pada 11 Mei oleh pemerintahan Presiden Joe Biden.
Aturan itu mewajibkan para migran untuk membuat janji bertemu, melalui aplikasi telepon pintar yang dikelola pemerintah, sebelum mendekati perbatasan, namun Pena dan para kerabatnya yang ikut pergi tidak memiliki perangkat apapun.
"Kami terdampar di sini," kata Pena.
Biden, yang merupakan anggota Partai Demokrat, berjanji untuk mengganti kebijakan garis keras presiden dari Partai Republik, Donald Trump, termasuk tatanan kesehatan masyarakat Title 42 masa COVID, dengan sistem imigrasi yang lebih manusiawi.
Title 42 mengizinkan agen-agen di perbatasan untuk mengusir migran ke Meksiko, tanpa kesempatan untuk mencari suaka. Peraturan Biden yang baru memungkinkan migran kembali untuk meminta suaka di perbatasan, namun menunggu slot di aplikasi di Meksiko atau berisiko dideportasi dengan proses cepat yang dapat dilakukan ketika mereka ditahan.
Para pejabat AS mengatakan regulasi baru itu dan sejumlah kebijakan imigrasi yang diterapkan Biden berhasil mengurangi penyeberangan ilegal di area perbatasan yang sempat mencapai jumlah tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, dalam bulan pertama penerapan regulasi baru itu, wawancara yang Reuters lakukan dengan 50 migran, pejabat AS dan Meksiko, serta tinjauan dokumen pengadilan dan data yang belum dilaporkan sebelumnya mendapati bahwa puluhan ribu migran kini menunggu di wilayah perbatasan Meksiko yang berbahaya untuk mendapatkan kesempatan mengakses aplikasi tersebut.
Kelompok bantuan kemanusiaan telah memperingatkan bahwa kondisi sanitasi di kamp pengungsi semakin memburuk. [ps/ka/rs]
Forum