Sanksi-sanksi tambahan diterapkan terhadap Niger, Selasa (8/8), beberapa jam setelah para pemimpin militernya menolak upaya diplomatik terbaru oleh satu delegasi gabungan dari negara-negara Afrika Barat, Uni Afrika dan PBB.
Para pemimpin junta menolak kedatangan delegasi, dengan mengatakan “iklim ancaman agresi” membuat mustahil mengadakan pembicaraan untuk mengakhiri krisis konstitusional di Niger, di mana para anggota pasukan pengawal presiden mengambil alih kekuasaan dan terus menahan presiden yang terpilih secara demokratis, Mohamed Bazoum, dan keluarganya.
Blok regional Afrika Barat yang dikenal sebagai ECOWAS telah mengancam intervensi militer di Niger apabila Bazoum tidak dipulihkan kedudukannya, meskipun tenggat pada Minggu bagi para pemimpin kudeta untuk mematuhinya berlalu tanpa tindakan apa pun.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller pada Selasa (8/8) mengatakan AS masih memiliki harapan untuk membalikkan kudeta Niger tetapi bersikap “realistis.”
Miller mengatakan, “Kami masih berharap dan kami masih mencoba mencapai hasil yaitu kembali ke tatanan konstitusional.” Ia menambahkan, “Kami benar-benar berharap situasi akan berubah, tetapi pada saat bersamaan, kami memperjelas, termasuk dalam percakapan langsung dengan para pemimpin junta sendiri, apa konsekuensinya jika gagal kembali ke tatanan konstitusional.”
Selasa malam, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menulis di platform media sosial X, yang dulu dikenal sebagai Twitter, bahwa ia telah berbicara dengan Bazoum “untuk mengungkapkan upaya berkelanjutan AS dalam menemukan resolusi damai terhadap krisis konstitusional saat ini.”
“AS menegaskan kembali seruan kami bagi pembebasannya dan keluarganya dengan segera,” tulis Blinken di akun resminya. [uh/ab]
Forum