Tautan-tautan Akses

Aktivis: Sedikitnya 25 Warga Sipil Tewas di Sudan dalam 48 Jam Terakhir


Anggota pasukan militer Sudan terlihat berada di atas sebuah tank menjelang kedatangan Jenderal abdel Fattah al-Burhan di bandara militer Sudan pada 27 Agustus 2023. (Foto: Reuters/Ibrahim Mohammed Ishak)
Anggota pasukan militer Sudan terlihat berada di atas sebuah tank menjelang kedatangan Jenderal abdel Fattah al-Burhan di bandara militer Sudan pada 27 Agustus 2023. (Foto: Reuters/Ibrahim Mohammed Ishak)

Lima warga sipil tewas akibat bom yang "jatuh di rumah mereka" di wilayah ibu kota Sudan, Khartoum, kata sumber medis Sudan kepada kantor berita Prancis AFP, sehari setelah serangan udara di bagian selatan kota itu menewaskan sedikitnya 20 warga sipil.

Penduduk di wilayah ibu kota yang dilanda perang itu melaporkan kota tersebut kembali dihujani artileri dan tembakan roket pada hari Minggu (3/9), dalam perang antara tentara dan kelompok paramiliter yang telah memasuki bulan kelima.

Pernyataan sebuah komite perlawanan di daerah itu menyatakan “jumlah korban tewas akibat pengeboman udara" di Khartoum selatan pada Sabtu (2/9) malam telah meningkat menjadi 20 korban sipil. Komite tersebut adalah salah satu dari banyak kelompok sukarelawan yang sebelumnya menggerakkan demonstrasi pro-demokrasi dan saat ini membantu keluarga-keluarga yang terjebak dalam baku tembak.

Dalam pernyataan sebelumnya, mereka mengatakan di antara korban terdapat dua anak-anak, dan memperingatkan bahwa lebih banyak korban jiwa yang tidak tercatat, karena "tubuh mereka tidak dapat dipindahkan ke rumah sakit karena terbakar parah atau tercabik-cabik akibat pengeboman."

Menurut perkiraan sementara proyek “Armed Conflict Location & Event Data Project,” sejak perang antara tentara pemerintah dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF) berkecamuk pada 15 April, sekitar 5.000 orang telah tewas terbunuh.

Angkatan Bersenjata Sudan menguasai udara dan telah melakukan serangan udara secara teratur, sementara para pejuang RSF mendominasi jalan-jalan di ibu kota.

Negara-negara Barat menuduh kelompok paramiliter dan milisi sekutu melakukan pembunuhan menarget etnis tertentu di wilayah Darfur barat. Sementara Mahkamah Pidana Internasional telah membuka penyelidikan baru atas dugaan kejahatan perang.

Pihak tentara juga dituduh melakukan pelanggaran, termasuk serangan udara pada tanggal 8 Juli yang menewaskan sekitar 20-an warga sipil.

PBB mengatakan lebih dari separuh dari 48 juta penduduk Sudan kini membutuhkan bantuan dan perlindungan kemanusiaan, dan 6 juta orang lainnya "selangkah lagi menuju kelaparan.”

Meskipun ketidakamanan, penjarahan, dan hambatan birokrasi merajalela, badan dunia itu mengatakan bahwa mereka telah berhasil menyalurkan bantuan kepada jutaan orang yang membutuhkan.

Perang di Sudan ini telah memaksa sekitar 3,8 juta orang mengungsi, sementara jutaan lainnya telah menyeberangi perbatasan ke negara-negara tetangga. Organisasi Internasional Untuk Migrasi (IOM) mengatakan 2,8 juta orang yang mengungsi itu berasal dari Khartoum. Jumlah itu lebih dari setengah populasi ibu kota sebelum perang berkobar. [em/rs]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG