Ketika ditanya oleh pers tentang kemungkinan pertemuan antara Vladimir Putin dan Kim Jong-un, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menjawab, “Tidak, kami tidak bisa memberi konfirmasi. Tidak ada yang kami katakan kepada Anda tentang topik ini.”
Seandainya benar, ini merupakan perjalanan ke luar negeri yang jarang dilakukan oleh Kim. Dia akan melakukan perjalanan dari Pyongyang dengan kereta lapis baja, menuju Vladivostok, di pantai Pasifik dari Rusia, dan bertemu Putin di sana.
Kantor berita Reuters menghubungi pakar Korea Utara di Kookmin University di Seoul, Andrei Lankov. “Tanpa perang di Ukraina, Rusia tidak peduli dengan Korea Utara. Jadi saya pikir perang Ukraina berita yang sangat bagus untuk Korea Utara, karena perang itu mendorong Rusia lebih dekat ke Korea Utara. Ini menciptakan situasi di mana Korea Utara akan mendapatkan sesuatu dari Rusia,” jelasnya.
Seorang pakar lain, Patricia Lewis, direktur program keamanan internasional di Chatham House, berpendapat pertemuan ini berlangsung akibat kesulitan Rusia memperoleh persenjataan dari China.
“Jadi, China sejauh ini tidak menyediakan senjata. Tidak ada bantuan senjata langsung untuk Rusia. Itu disebabkan oleh kebijakan luar negeri China di mana China secara jelas mengatakan pihaknya menginginkan perdamaian. China mengecam Barat karena mempersenjatai Ukraina dan karenanya, negara itu tidak mau langsung mempersenjatai Rusia saat ini. Tentu ini bisa berubah kalau situasinya berkembang.”
Ditambahkan oleh Lewis, China berada di atas angin dari segi hubungannya dengan Rusia. Kalau Rusia menginginkan senjata China, Rusia harus mengorbankan banyak hal strategis.
“Misalnya teritori, pelabuhan yang aman di Arktik, beberapa hal seperti ini sedang berlangsung. Pada dasarnya Rusia berisiko menjadi negara yang berada di bawah kendali China, dan saya yakin Putin sangat sadar akan hal ini dan sangat prihatin.”
Karena perkembangan inilah, Lewis menyimpulkan Rusia melirik ke Korea Utara sebagai pemasok amunisi yang berpotensi. [jm/ka]
Forum