Menteri Luar Negeri China Wang Yi tiba di Washington, Kamis (26/10) untuk bertemu dengan para pejabat senior AS mengenai isu-isu bilateral dan keamanan regional, sementara kedua negara ini tetap membuka saluran komunikasi.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menerima Wang di Departemen Luar Negeri utnuk makan malam setelah bertemu pada sore harinya. Penasihat di dewan keamanan nasional (NSC) Gedung Putih Jake Sullivan mengadakan pembicaraan dengannya di Blair House, di dekat Gedung Putih, pada hari Jumat.
“Pertemuan ini konsisten dengan komitmen kedua pihak untuk mempertahankan saluran komunikasi strategis ini sebagai bagian dari upaya-upaya yang tengah berlangsung untuk mengelola hubungan secara bertanggung jawab,” kata juru bicara NSC Adrienne Watson dalam sebuah pernyataan.
Para pejabat senior dari pemerintahan Presiden Joe Biden telah meninjau sebelumnya serangkaian isu, di antaranya perang Israel dengan Hamas, perang Rusia di Ukraina, krisis fentanil, dan tabrakan kapal baru-baru ini di Laut China Selatan.
Sementara itu, para kritikus di Kongres AS telah mendesak China agar membebaskan warga negara Amerika yang ditahan secara keliru dan mengecam perilaku militer China di Laut China Selatan.
“Dalam pertemuannya dengan Wang Yi, pemerintahan Biden tidak boleh tertipu oleh janji-janji tetapi menuntut pelaksanaan seperti pembebasan warga Amerika yang disandera di China, menghentikan ekspor prekursor fentanil, dan menghentikan ekspansionisme militernya di Indo-Pasifik,” kata ketua Komite Hubungan Luar Negeri DPR AS Michael McCaul dan Ketua Subkomite Indo-Pasifik Young Kim dalam sebuah pernyataan.
“China memiliki kesulitan internal dan eksternal sendiri sekarang ini,” kata Biden dalam konferensi pers dengan PM Australia Anthony Albanese yang sedang berkunjung ke Washington. “Pertumbuhan ekonomi China stagnan dibandingkan dengan sebelumnya. China terlibat dalam berbagai aktivitas intimidasi” sewaktu berhadapan dengan negara-negara lain, ujarnya.
Biden juga menekankan dukungan Washington untuk Filipina setelah insiden baru-baru ini di mana kapal-kapal China memblokade dan bertabrakan dengan dua kapal Filipina di dekat Second Thomas Shoal di Laut China Selatan yang diperebutkan.
“Baru pekan lalu, kapal-kapal PRC bertindak berbahaya dan melanggar hukum sewaktu sahabat Filipina kami melakukan misi pengiriman logistik rutin di dalam zona ekonomi eksklusifnya sendiri di Laut China Selatan,” kata Biden yang menggunakan akronim Republik Rakyat China.
“Komitmen pertahanan AS terhadap Filipina kokoh,” katanya, seraya menambahkan bahwa AS “tidak menginginkan konflik” dengan China.
China menegaskan kedaulatan di hampir seluruh Laut China Selatan, perairan kaya sumber daya yang juga diklaim beberapa negara lainnya.
Timur Tengah
Blinken telah meminta China agar menggunakan pengaruhnya atas Iran untuk mencegah perang Israel-Hamas menyebar, tetapi harapan AS disebut rendah di tengah-tengah perbedaan pendapat penting dengan China. Washington mengatakan Teheran terus mendukung militan Hamas, yang tidak mendukung solusi dua negara.
“Hamas tidak mewakili mayoritas luas rakyat Palestina di Jalur Gaza atau di mana pun juga,” kata Biden dalam konferensi pers. “Hamas bersembunyi di balik warga sipil Palestina.”
AS, Israel, Mesir, Uni Eropa, Jepang dan negara-negara lain telah menetapkan Hamas sebagai organisasi teroris.
China, seperti halnya Rusia, tidak menganggap Hamas sebagai kelompok teroris tetapi menganggapnya sebagai perwakilan sah warga Palestina di Gaza.
Sebelumnya pekan ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan bahwa pemerintah Beijing berharap AS akan bekerja sama dengan China untuk “mengelola perbedaan dengan tepat dan bersama-sama membawa kembali hubungan bilateral ke jalur pembangunan yang sehat dan stabil.”
Sementara Israel mempersiapkan serangan darat ke Gaza, Wang mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen dalam percakapan telepon 23 Oktober lalu bahwa “semua negara memiliki hak untuk membela diri, tetapi penting utnuk menerapkan hukum humaniter internasional dan melindungi warga sipil.”
Sullivan mengadakan pembicaraan dengan Wang di Malta pada 16 dan 17 September setelah pertemuan mereka di Wina pada 10 dan 11 Mei. Gedung Putih mengatakan mereka membahas isu seperti perang Rusia di Ukraina dan pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan. [uh/ab]
Forum