Militer Israel mengatakan pada Rabu (8/11) bahwa para kombatan Hamas telah kehilangan kendali atas bagian utara Jalur Gaza, dan puluhan ribu warga Palestina melarikan diri ke Gaza selatan untuk menyelamatkan diri.
“Kami melihat 50.000 warga Gaza berpindah dari Jalur Gaza utara ke selatan. Mereka pindah karena mereka memahami bahwa Hamas telah kehilangan kendali di utara,” kata Laksamana Muda Israel Daniel Hagari dalam jumpa pers yang disiarkan televisi.
“Hamas telah kehilangan kendali dan terus kehilangan kendali di wilayah utara,” tambahnya.
Pada Minggu (5/11), Israel mulai membuka koridor evakuasi di sepanjang jalan utama yang menghubungkan utara dan selatan Gaza. Tempat ini tetap buka selama empat jam setiap hari untuk memungkinkan warga sipil meninggalkan pusat pertempuran. IDF mengatakan pada Rabu (8/11) bahwa pihaknya menambah waktu pembukaan koridor tersebut selama satu jam karena begitu banyak orang yang menggunakannya.
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang membantu warga Palestina, UNRWA (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugee in the Near East), mengatakan sejak koridor tersebut dibuka pada Minggu (5/11), sedikitnya 40.000 orang telah pindah ke selatan – sebagian besar dari mereka berjalan kaki.
UNRWA mengatakan mereka termasuk anak-anak, orang lanjut usia dan penyandang disabilitas, banyak di antaranya hanya membawa harta benda sekadarnya. PBB dan berbagai kelompok bantuan lainnya menyediakan air dan biskuit berenergi tinggi di sebelah selatan garis yang memisahkan utara dan selatan.
Kondisi semakin buruk di wilayah utara, yang berada di luar jangkauan pengiriman bantuan selama seminggu terakhir. PBB mengatakan hingga Selasa (7/11), tidak ada toko roti yang beroperasi di sana karena kekurangan bahan bakar, air, tepung terigu, dan kerusakan pada lokasi mereka.
Israel melancarkan serangannya sebagai tanggapan terhadap serangan teror Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan yang menewaskan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar warga sipil. Hamas juga menyandera sekitar 240 orang. Amerika Serikat (AS), Inggris, Uni Eropa (UE), dan negara-negara Barat lainnya telah menetapkan Hamas sebagai organisasi teroris.
Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan serangan Israel telah menewaskan lebih dari 10.500 orang, dua pertiganya adalah perempuan dan anak-anak. Tidak ada cara untuk memverifikasi secara independen angka-angka tersebut, meskipun PBB mengatakan bahwa angka-angka yang dikeluarkan kementerian tersebut dapat dipercaya pada masa lalu. [lt/ft]
Forum