Dua partai oposisi terkemuka Taiwan pada Rabu (15/11) mengatakan mereka akan menggabungkan kekuatan untuk pemilihan presiden yang akan dilaksanakan pada Januari. Namun, mereka belum memutuskan siapa yang akan menjadi kandidat utama.
Kuomintang (KMT) – kelompok politik terkemuka di Taiwan yang pro-Beijing – dan Partai Rakyat Taiwan (TPP) telah berdiskusi selama berminggu-minggu mengenai aliansi ini. Namun hingga kini, mereka belum memutuskan siapa yang akan menjadi calon mereka pada pemilu yang digelar pada 13 Januari.
Hou Yu-ih dari KMT bersaing ketat dengan Ko Wen-je dari TPP, yang memiliki kinerja lebih baik dari yang diperkirakan sebagai kandidat dari pihak ketiga. Kedua pihak mencapai “perjanjian kerja sama, menciptakan rekor baru dalam sejarah politik Taiwan”, kata tokoh kelas berat KMT dan mantan presiden Ma Ying-jeou kepada wartawan. “Kerja sama ini akan memungkinkan saling bantu antara kedua partai dalam pemilu mendatang dan aspek-aspek lainnya, menjadikannya hari yang sangat berkesan bagi kedua partai di Taiwan.”
Kedua partai sepakat untuk membentuk tim tiga ahli, yang dipilih oleh Ma dan juga kedua partai, untuk mengevaluasi jajak pendapat yang dilakukan dari tanggal 7 hingga 17 November. Hasil evaluasi yang akan diumumkan pada Sabtu mendatang ini akan menentukan siapa yang menjadi kandidat Utama.
Ko memuji perjanjian itu sebagai “momen bersejarah”. “Apa pun hasilnya dan siapa pun calon presiden atau wakil presiden, kita harus bekerja sama bahu membahu untuk menjamin perdamaian dan stabilitas di Republik China,” kata Hou mengacu pada nama resmi Taiwan.
Pembicaraan sebelumnya antara kedua partai menunjukkan perbedaan pendapat antara para kandidat mengenai cara memilih calon presiden, dengan KMT lebih memilih "pemilihan pendahuluan secara terbuka" dan Ko lebih memilih jajak pendapat.
Dalam jumpa pers dengan media asing bulan lalu, Ko dari TPP mengatakan aliansi dengan KMT berdasarkan aturan tersebut sama dengan “kawin paksa."
Sebuah jajak pendapat yang dirilis Selasa oleh outlet media lokal United Daily News menunjukkan Wakil Presiden Lai Ching-te, kandidat dari Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa, sebagai kandidat terdepan dengan 26 persen suara terbanyak. Ko berada di urutan kedua dengan 21 persen, sementara Hou mendapat 18 persen. [ab/ka]
Forum