Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengatakan pada Jumat (24/11) bahwa negara Palestina di masa depan dapat mengalami demiliterisasi. Palestina diperkirakan dapat memiliki kehadiran keamanan internasional sementara untuk memberikan jaminan kepada kedua belah pihak,baik Palestina maupun Israel.
"Kami menyatakan bahwa kami siap untuk negara ini didemiliterisasi, dan juga bisa ada jaminan dari berbagai pasukan, baik itu pasukan NATO, pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), atau pasukan Arab atau Amerika Serikat (AS), sampai kita mencapai keamanan untuk kedua negara, yaitu negara Palestina yang baru lahir dan negara Israel," ujar Sisi dalam konferensi pers bersama di Kairo dengan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez dan Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo.
Sebuah resolusi politik yang mengharuskan negara Palestina berdasarkan perbatasan yang ditetapkan pada 4 Juni 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, masih di belum tercapai, tambah Sisi.
Negara-negara Arab menolak saran agar pasukan Arab memberikan keamanan di Jalur Gaza setelah berakhirnya operasi militer Israel saat ini terhadap kelompok militan Palestina Hamas, yang telah mengendalikan Gaza sejak 2007.
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan kepada wartawan di London pekan ini bahwa negara-negara Arab tidak ingin memasuki Jalur Gaza yang bisa berubah menjadi “tanah tandus” akibat serangan militer Israel.
“Dalam kondisi apa kita ingin pergi dan dianggap sebagai musuh dan dianggap datang untuk membereskan kekacauan Israel?” katanya. [ah/ft]
Forum