Kabar meninggalnya 11 pendaki itu disampaikan Kepala Kantor SAR Padang, Abdul Malik, Minggu (3/12) setelah mendapat kepastian pasca erupsi Gunung Marapi di Provinsi Sumatra Barat. Belasan pendaki yang meninggal dunia itu diduga terjebak di puncak Gunung Marapi saat erupsi terjadi.
“Kami sudah mendapatkan informasi bahwa 14 orang sudah ditemukan dengan kondisi 11 pendaki meninggal dunia. Kemudian, tiga orang dalam kondisi selamat, namun perlu penanganan medis,” katanya kepada VOA, Senin (4/12) pagi.
Abdul menjelaskan hingga Senin (4/12) pagi, 14 orang yang berada di puncak Gunung Marapi itu sedang dalam proses evakuasi. Proses evakuasi dan pencarian pendaki yang terjebak di Gunung Marapi usai erupsi melibatkan lebih dari 120 personel gabungan.
“Saat ini 14 orang tersebut masih di puncak sedang proses evakuasi ke bawah. Untuk Basarnas berjumlah 24 orang. Tim dari gabungan lebih dari 120 orang terdiri Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI, Polri, dan komunitas pencinta alam,” jelasnya.
Menurut Abdul secara keseluruhan ada 75 pendaki yang berada di Gunung Marapi saat erupsi terjadi. Empat puluh sembilan di antaranya telah dievakuasi dengan berbagai kondisi.
“Sebagian (dibawa) ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bukittinggi dan RSUD Padang Panjang. Sebagian lagi sudah kembali ke rumah masing-masing. Kemudian, sekitar 26 orang lagi (dievakuasi) pada pukul 07.00 WIB,” ucapnya.
Gunung Marapi Erupsi, Muntahkan Material Vulkanik Hingga 3.000 Meter
Gunung Marapi yang berada di wilayah administrasi Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatra Barat, meletus pada Minggu (3/12) sekitar pukul 14.54 WIB. Meletusnya gunung api berketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini ditandai dengan adanya muntahan kolom abu berisi material vulkanik hingga 3.000 meter dari puncak kawah yang disertai suara gemuruh.
Menurut keterangan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) gejala peningkatan aktivitas vulkanis Gunung Marapi yang dapat terjadi erupsi bersifat eksplosif ini sudah berlangsung sejak Januari 2023. Oleh karenanya status Gunung Marapi tetap di level II (level waspada) karena sewaktu-waktu dapat erupsi seperti yang terjadi hari ini.
Petugas Pos Pemantau Gunung Api Marapi, Ahmad Rifandi, mengatakan Gunung Marapi tercatat mengalami 10 kali letusan pada Senin (4/12) hingga pukul 08.22 WIB.
“Gunung Marapi dari pukul 00.00-08.22 WIB tercatat 10 letusan dan 49 kali hembusan dengan tinggi kolom abu yang terpantau mencapai 800 meter. Kondisi puncak Gunung Marapi masih terpantau berawan. Namun untuk visual gunungnya masih cukup jelas saat ini,” ucapnya kepada VOA.
Masyarakat juga diimbau agar tidak memasuki wilayah dengan jarak 3 kilometer dari puncak Gunung Marapi.
“Rekomendasi kepada masyarakat diharapkan untuk tidak masuk ke radius 3 kilometer dan memperbanyak aktivitas di dalam ruangan. Saat keluar ruangan diharapkan agar masyarakat menggunakan masker, topi, dan kacamata,” imbau Ahmad.
Sementara itu Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatra Barat mengatakan terdapat dua pintu masuk untuk pendakian Gunung Marapi, yaitu Batu Palano dan Koto Baru. Pendakian gunung api itu saat ini telah ditutup.
“Gunung Marapi saat ini berada di status level II atau waspada dengan rekomendasi masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan wisatawan tidak diperbolehkan mendaki pada radius 3 kilometer dari kawah atau puncak. Saat ini pendakian Gunung Marapi kami tutup,” ujar Plh Kepala BKSDA Sumbar, Dian Indriati. [aa/em]
Forum