Para pejabat Pakistan mengatakan pada hari Selasa (5/12) bahwa Amerika Serikat tidak keberatan dengan deportasi terhadap warga negara Afghanistan yang tinggal secara ilegal di negara itu, namun meminta prosesnya diperlambat selama musim dingin.
Tindakan keras terhadap orang asing yang tidak memiliki dokumen, termasuk 1,7 juta warga Afghanistan, dibahas dalam pertemuan dengan delegasi AS yang dipimpin oleh Julieta Valls Noyes, asisten menteri luar negeri AS untuk Biro Kependudukan, Pengungsi, dan Migrasi.
Seorang pejabat Pakistan yang mengetahui rahasia pembicaraan tersebut mengatakan bahwa pihak AS berupaya mencegah deportasi sekitar 25.000 orang “rentan” yang melarikan diri sejak Taliban menguasai Afghanistan pada bulan Agustus 2021 dan mungkin memenuhi syarat untuk direlokasi atau dimukimkan di Amerika Serikat.
“Pemerintah Pakistan tidak ingin mendeportasi warga Afghanistan yang rentan, terlepas dari apakah seseorang tersebut tercantum dalam daftar calon pemukiman di AS atau negara lain mana pun,” kata pejabat tersebut kepada VOA yang tidak ingin disebutkan namanya karena dia tidak berwenang untuk memberikan rincian mengenai hal tersebut secara terbuka.
“Pakistan prihatin atas lamanya proses pemukiman yang dilakukan AS,” katanya. “Satu hal yang jelas: AS tidak menentang kebijakan deportasi Pakistan. Namun, AS meminta agar pemulangan warga Afghanistan dilakukan secara perlahan selama musim dingin yang keras,” kata pejabat Pakistan itu kepada VOA.
VOA menghubungi Departemen Luar Negeri AS untuk mencari tanggapan terhadap pernyataan Pakistan bahwa Washington tidak menentang deportasi warga Afghanistan namun tidak segera mendapat tanggapan.
Baik pejabat Pakistan maupun AS tidak secara resmi merilis rincian pertemuan Noyes dengan Asif Durrani, perwakilan khusus Pakistan untuk Afghanistan.
“Senang mengunjungi Kementerian Luar Negeri Pakistan dan bertemu lagi dengan Perwakilan Khusus untuk Afghanistan @AsifDurrani20 hari ini untuk berdiskusi tentang pengungsi Afghanistan, perlindungan, dan pemukiman kembali,” kata Noyes di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Durrani juga membagikan sedikit rincian tentang pembicaraannya dengan delegasi AS di platform media sosial X miliknya. “Kami membahas isu-isu mengenai pengungsi Afghanistan dan pemukiman mereka,” katanya.
Dalam pernyataan Departemen Luar Negeri AS sebelum kunjungan mengatakan bahwa selama kunjungan empat harinya, Noyes akan bertemu dengan pejabat pemerintah dan mitra organisasi non-pemerintah dan internasional untuk “membahas upaya bersama untuk melindungi individu yang rentan dan mempercepat relokasi dan pemukiman pengungsi Afghanistan yang aman dan efisien di jalur imigrasi AS.”
Data resmi menunjukkan bahwa upaya deportasi Pakistan telah memaksa lebih dari 400.000 orang kembali ke Afghanistan sejak pertengahan September. [lt/jm]
Forum