Hari Minggu (12/5) kemarin adalah hari yang suram di Israel, selagi negara itu memperingati tentaranya yang gugur dan korban teror.
Pengungsi Palestina di seberang perbatasan, mematuhi perintah evakuasi, menjelang rencana perluasan operasi militer Israel terhadap Hamas di Rafah, kota di Gaza selatan.
Apa yang terjadi di belahan dunia lain, juga berdampak kuat pada kampanye di AS. Kandidat presiden dari Partai Republik Donald Trump mengungkit perang Israel-Hamas, ketika berpidato di depan hampir 100.000 pendukungnya, pada hari Sabtu di Wildwood, New Jersey.
“Tidak akan ada perang di Gaza jika saya menjabat di Gedung Putih. Ketika saya menjadi presiden, ada kedamaian di Timur Tengah yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Trump.
Trump dan anggota Partai Republik lainnya mengecam keras keputusan pemerintahan Biden baru-baru ini yang menghentikan pengiriman bom tertentu ke Israel terkait peristiwa yang terjadi di Rafah.
Senator Partai Republik, Lindsey Graham menyampaikan kecamannya hari Minggu, mencontohkan Perang Dunia II, ketika dia diwawancarai dalam acara “Meet the Press” jaringan televisi NBC.
“Ketika kita dihadapkan pada kehancuran sebagai sebuah bangsa setelah Pearl Harbor, melawan Jerman dan Jepang, kita memutuskan untuk mengakhiri perang dengan membom Hiroshima dan Nagasaki dengan senjata nuklir. Itu adalah keputusan yang tepat. Berikan Israel bom yang mereka perlukan untuk mengakhiri perang dan bekerja sama dengan mereka untuk meminimalkan korban,” ujarnya.
Meskipun sebagian pengiriman senjata dihentikan, laporan Departemen Luar Negeri AS kepada Kongres baru-baru ini gagal menyimpulkan bahwa Israel telah melanggar hukum AS dan hukum internasional, ketika menggunakan bantuan militer dalam perang melawan Hamas.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken ditanya oleh stasiun TV NBC apakah AS menghindari pertanggungjawaban sekutunya.
“Tidak, kami tidak berstandar ganda. Kami memperlakukan Israel sebagai salah satu sekutu dan mitra terdekat kami, sama seperti kami memperlakukan negara lain. Ketika kami mencapai kesimpulan yang pasti, kami akan melakukannya, namun sangat sulit untuk melakukan hal tersebut di tengah perang.”
Senator Independen Progresif Bernie Sanders, yang berpaham sejalan dengan Partai Demokrat terhadap perang Israel mengatakan, Israel seharusnya tidak boleh menerima sedikitpun bantuan militer AS.
“Puluhan ribu warga Palestina tewas dan luka-luka, dua pertiganya perempuan dan anak-anak. Itu bukanlah cara Anda melancarkan perang dalam masyarakat yang beradab, jika perang dianggap beradab,” kata Sanders.
Joe Biden, yang sejauh ini mampu mencapai keseimbangan antara upayanya untuk terpilih kembali dan tugas resminya sebagai presiden, diperkirakan akan menghadapi tantangan baru pada pekan mendatang.
Sementara itu, Donald Trump kembali ke ruang sidang pada Senin dan menghadapi mantan penasihat hukumnya, Michael Cohen, yang akan memberikan kesaksian dalam persidangan kasus uang tutup mulut di New York. [ps/lt]
Forum