Tautan-tautan Akses

Menhan Israel Katakan Lebih Banyak Pasukan akan Dikirim ke Rafah


Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berdiri bersama para prajurit di dekat meriam artileri di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza di selatan Israel dekat Rafah. (Foto: AFP)
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berdiri bersama para prajurit di dekat meriam artileri di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza di selatan Israel dekat Rafah. (Foto: AFP)

Menteri Pertahanan Israel mengatakan lebih banyak tentara akan dikirim ke Kota Rafah di Gaza Selatan, tempat militer mengatakan mereka telah menghancurkan terowongan Hamas dan membunuh puluhan militan.

Israel memulai apa yang dikatakannya sebagai operasi terbatas di Rafah pekan lalu setelah Amerika Serikat dan sekutu lainnya mendesak Israel untuk tidak melancarkan invasi besar-besaran.

Namun operasi terbatas itu juga telah memicu eksodus 600.000 warga Palestina dari kota tersebut, menurut PBB. Sebelum serangan tersebut, lebih dari satu juta warga Palestina yang melarikan diri dari pertempuran di daerah lain berlindung di Rafah.

Menteri Pertahanan Yoav Gallant, yang mengunjungi daerah tersebut pada Rabu, mengatakan “Operasi ini akan dilanjutkan dengan pasukan tambahan yang akan memasuki daerah tersebut.”

Dia menegaskan kembali upaya IDF dengan mengatakan, “Hamas bukanlah organisasi yang dapat melakukan reorganisasi, tidak memiliki cadangan, tidak dapat memproduksi senjata, tidak memiliki pasokan, tidak memiliki senjata, tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk mengobati teroris yang tertembak. Artinya adalah kita menutup keran yang kita gunakan untuk menjatuhkan Hamas” – lebih dari tujuh bulan setelah perang yang dipicu oleh serangan kelompok militan tersebut pada tanggal 7 Oktober.

Bahkan ketika pasukan Israel telah menyerbu ke beberapa bagian Rafah, Hamas telah berkumpul kembali di wilayah lain di Gaza yang dibom besar-besaran pada awal perang dan yang menurut militer telah mereka bersihkan.

Amerika Serikat telah memperingatkan Israel untuk tidak melancarkan serangan besar-besaran di Rafah karena akan menimbulkan korban jiwa bagi warga sipil. Presiden Joe Biden mengatakan AS tidak akan menyediakan senjata ofensif untuk operasi semacam itu. [lt/uh]

Forum

XS
SM
MD
LG