Badan Meteorologi Jepang (JMA) mengatakan gempa berkekuatan 5,9 magnitudo mengguncang wilayah Jepang tengah pada Senin (3/6). Namun dipastikan gempa tersebut tidak menyebabkan tsunami.
Badan Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana mengatakan tiga rumah runtuh akibat gempa itu, tetapi tidak ada laporan terkait korban jiwa atau luka. Gempa dangkal tersebut terjadi di Semenanjung Noto pada pukul 06.31 waktu setempat.
Lembaga penyiaran publik NHK menayangkan rekaman sebuah rumah yang rusak parah dengan dinding yang miring dan atap yang runtuh sebagian.
Sementara itu, tidak ada anomali yang terdeteksi pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kashiwazaki-Kariwa atau Shika di wilayah pantai Laut Jepang, kata Otoritas Regulasi Nuklir Jepang.
“Daerah tersebut telah aktif secara seismik selama lebih dari tiga tahun, termasuk gempa berkekuatan magnitudo 7,6 pada 1 Januari tahun ini. Hal itu diperkirakan akan terus berlanjut di masa mendatang, jadi harap terus berhati-hati,” kata JMA.
Badan tersebut juga memperingatkan adanya tanah longsor dan batu-batu yang berjatuhan di wilayah tersebut, terutama setelah hujan atau gempa susulan.
Gempa pada hari ini memicu alarm peringatan ponsel pintar dan diikuti oleh beberapa gempa susulan yang lebih kecil.
Pada saat tahun baru, sedikitnya 260 orang tewas akibat gempa besar yang melanda semenanjung, termasuk 30 kematian yang “terkait gempa” dan korban langsung dari bencana tersebut. Gempa 1 Januari dan gempa susulannya merobohkan gedung-gedung, menyebabkan kebakaran, dan merusak infrastruktur saat banyak orang tengah merayakan tahun baru.
JMA menyatakan gempa pada hari ini masih terkait dengan gempa pada Januari itu, dengan pusat dan mekanisme seismik yang serupa.
Jepang, yang terletak di atas empat lempeng tektonik utama di sepanjang tepi barat “Cincin Api” Pasifik, adalah salah satu negara yang paling aktif secara tektonik di dunia.
Negara Matahari Terbit dengan populasi sekitar 125 juta itu, mengalami sekitar 1.500 gempa setiap tahun dan menyumbang sekitar 18 persen gempa bumi di dunia.
Sebagian besar gempa tersebut bersifat ringan, meskipun kerusakannya sangat bervariasi, tergantung lokasi dan kedalaman gempa. Meski demikian, teknik konstruksi khusus dan peraturan bangunan yang ketat biasanya dapat meminimalisir dampak kerusakan, bahkan pada saat gempa besar melanda negara dengan perekonomian terbesar keempat di dunia itu. [ah/rs]
Forum