Tautan-tautan Akses

Garda Pantai Filipina: Beijing Tambatkan 'Kapal Monster' di Laut China Selatan


Sebuah kapal garda pantai Cbina menyemprotkan air dari meriam air ke arah kapal garda pantai Filipina di beting Second Thomas Shoal, di Laut China Selatan di tengah misi mengirim pasokan, 5 Agustus 2023. (Foto: Garda Pantai Filipina via AP)
Sebuah kapal garda pantai Cbina menyemprotkan air dari meriam air ke arah kapal garda pantai Filipina di beting Second Thomas Shoal, di Laut China Selatan di tengah misi mengirim pasokan, 5 Agustus 2023. (Foto: Garda Pantai Filipina via AP)

Garda Pantai Filipina (Philippine Coast Guard/PCG) mengatakan pada Sabtu (6/7) bahwa kapal terbesar milik Garda Pantai China berlabuh di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Manila di Laut China Selatan. Keberadaan kapal itu disebut sebagai upaya Beijing untuk mengintimidasi Manila.

'Kapal monster' Garda Pantai China sepanjang 165 meter memasuki wilayah ZEE Filipina sepanjang 200 mil laut pada 2 Juli, kata juru bicara PCG Jay Tarriela pada forum berita.

PCG memperingatkan kapal China bahwa kapal tersebut berada di ZEE Filipina dan menanyakan niat mereka, katanya.

“Ini merupakan intimidasi dari pihak Garda Pantai China,” kata Tarriela. “Kami tidak akan mundur dan kami tidak akan terintimidasi.”

Kedutaan Besar China di Manila dan Kementerian Luar Negeri China tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters. Garda Pantai China tidak memiliki informasi kontak yang tersedia untuk umum.

Kapal China, yang juga memobilisasi perahu kecil, berlabuh 800 yard atau sekitar 730 meter dari kapal PCG, kata Tarriela.

Pada Mei, PCG mengerahkan sebuah kapal ke perairan dangkal Sabina untuk mencegah reklamasi skala kecil yang dilakukan oleh China yang membantah klaim tersebut. Beijing telah melakukan reklamasi lahan secara besar-besaran di beberapa pulau di Laut China Selatan, membangun angkatan udara dan fasilitas militer lainnya, sehingga menimbulkan kekhawatiran di Washington dan kawasan sekitarnya.

China mengklaim sebagian besar Laut hChina Selatan, jalur utama perdagangan kapal tahunan senilai $3 triliun, sebagai wilayahnya. Beijing menolak keputusan Pengadilan Arbitrase Permanen yang bermarkas di Den Haag pada 2016 yang menyatakan klaim maritim mereka yang luas tidak memiliki dasar hukum.

Setelah dialog tingkat tinggi, Filipina dan China pada Selasa sepakat mengenai perlunya “memulihkan kepercayaan” dan “membangun kembali kepercayaan” untuk mengelola sengketa maritim dengan lebih baik.

Filipina menolak tawaran dari Amerika Serikat, sekutu mereka, untuk ikut serta dalam operasi di Laut China Selatan. Padahal Laut China Selatan sedang memanas sebagai buntut ketegangan Manila dengan China terkait jalur misi pasokan ke pasukan Filipina di perairan dangkal yang menjadi sengketa. [ah/ft]

Forum

XS
SM
MD
LG