Tim kampanye Biden menolak seruan agar kandidat mereka mundur setelah sempat mengalami kesulitan dalam debat pilpres pertama. Hal ini ditunjukkan dengan dana sebesar 50 juta dolar AS (sekitar 813 triliun rupiah) yang dikucurkan untuk membayar iklan di media pada bulan Juli, serta jadwal kampanye yang digencarkan pada pekan ini.
Pada hari Jumat (5/7) Biden mengatakan dalam giat kampanye di Wisconsin bahwa ia akan tetap mengikuti pilpres kali ini. Salah seorang pemilih, Sabrina Jordan, mengatakan bahwa Biden masih merupakan seorang kandidat yang layak.
“Dia harus konsisten. Harus itu, dan saya tidak akan mengatakan sebaliknya. Tetapi antara konsistensi dan penentangan, dia perlu beri tahu orang-orang, dan dia melakukannya hari ini, bahwa dia tidak akan ke mana-mana. Kecuali ada sesuatu yang berubah secara dramatis, dia adalah orang yang tepat untuk saya,” ujar Jordan.
Sementara pemilih lainnya, Jonathan Lustag, merasa tidak begitu yakin. “Dari fisiologi yang dia tunjukkan, dia bukan lagi orang yang sama. Anda tidak bisa kembali. Kita tidak bertambah muda. Anda tidak bisa mengalahkan usia tua,” sebut Lustag.
Melihat Biden yang kini kembali berkampanye pascadebat tidak membuat kekhawatiran Ellis Johnston dari Partai Demokrat mereda. “Saya tidak yakin dengan kemampuan Joe Biden untuk memenangkan pemilu ini, dan itu membuat saya takut,” pungkasnya.
Bagi para pendukung Trump, penampilan debat Biden yang terbata-bata menegaskan kembali pandangan mereka bahwa dia tidak cocok untuk masa jabatan berikutnya. Seperti yang salah satunya disampaikan oleh pemilih dari California, Lamont Pearson.
“Tidak ada perkataan Joe Biden yang bisa membuat saya berpikir selain apa yang sudah dia tunjukkan kepada saya. Begitu juga dengan Trump,” kata Pearson.
Meski begitu, Jeffrey Tanarelli, pemilih dari Georgia, mengatakan bahwa penampilan debat Biden yang lalu bukanlah gambaran keseluruhannya.
“Menurut saya Joe Biden sangat bersemangat dan sangat cerdas. Saya kira dia tidak tampil dengan baik karena dia tidak memenuhi ekspektasi, dan hasilnya pun seperti apa yang orang-orang harapkan,” jelas Tanarelli.
Kurangnya energi yang terlihat membuat pemilih dari Washington, D.C., Hannah Sobolevitch, membuka diri terhadap kandidat baru.
“Cukup jelas bagi saya bahwa mungkin Biden tidak seperti dulu lagi. Saya akan mendukung jika mereka mengajukan kandidat lain, daripada Biden,” katanya.
Menurut seorang pemilih asal Michigan, Lexis Zeidan, jika Partai Demokrat ingin memiliki capres yang berbeda, maka mereka harus bergerak cepat.
“Ada banyak pembahasan yang harus dilakukan dalam satu bulan ke depan seputar apa yang Partai Demokrat bisa lakukan untuk memulihkan semua basisnya yang terpecah dan saya harap juga membangun kekuatan sebelum November, atau kita akan melihat masa kepresidenan Trump,” ujar Zeidan.
Wakil Presiden sekaligus kandidat pendamping Biden, Kamala Harris, berada di urutan teratas dalam daftar untuk menggantikannya sebagai kandidat partai. Namun, menurut pemilih asal California, Stephanie Bowers, hal itu mungkin tidak akan berhasil.
“Kamala akan mengambil alih, saya suka itu. Tetapi saya juga berpikir bahwa dengan kondisi dunia saat ini, dengan segala prasangka yang ada, Trump mungkin akan mengalahkan Kamala jauh daripada mengalahkan Biden,” sebut Bowers.
Demi terus mendorong Biden sebagai calon presiden, tim kampanyenya menghadirkan Ibu Negara Jill Biden dalam pertemuan dengan keluarga militer di tiga negara bagian pada pekan ini. Biden juga akan berpidato di Texas dan Nevada sebagai tandingan Konvensi Partai Republik yang akan berlangsung pekan depan. [th/jm]
Forum