Seorang pakar penegak hukum mengatakan bahwa pelaku penembakan dalam percobaan pembunuhan mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Sabtu (13/7) tampak memiliki “kemampuan, pengetahuan dan pelatihan yang terbatas,” tapi hampir menewaskan sang mantan presiden.
Mantan kepala kepolisian Boca Raton, Andrew J. Scott, III, mengatakan kepada Associated Press, Minggu (14/7), bahwa insiden itu meresahkan dan mempertanyakan bagaimana pelaku bisa berada pada jarak yang cukup dekat tanpa sepengetahuan kepolisian setempat maupun Dinas Rahasia AS (Secret Service).
“Saya pikir aparat penegak hukum setempat, sesuai arahan Dinas Rahasia, akan ditempatkan di atap-atap bangunan itu. Anda tempatkan satu, atau mungkin dua sampai tiga petugas di sepanjang atap itu atau garis atapnya. Tapi itu ternyata tidak dilakukan,” kata Scott.
“Bagaimana kalau ada orang yang benar-benar terlatih untuk menghabisi seseorang?” tambahnya.
Scott mengatakan, berdasarkan pengalamannya, Dinas Rahasia dan aparat setempat bekerja sama erat sebelum penyelenggaraan acara-acara sangat penting yang dihadiri presiden atau mantan presiden.
Biro Investigasi Federal (Federal Bureau of Investigation/FBI) mengatakan, pihaknya sedang menyelidiki penembakan di acara kampanye itu sebagai kasus percobaan pembunuhan sekaligus terorisme dalam negeri.
Pelaku penembakan, yang sebelumnya tidak pernah terdeteksi FBI dan diyakini bertindak sendirian, bernama Thomas Matthew Crooks, usia 20 tahun.
Pakaian yang dikenakan pelaku memunculkan spekulasi awal bahwa ia memiliki pengalaman militer. Akan tetapi, setelah seluruh cabang militer memeriksa data mereka pada Minggu, mereka mengatakan kepada Associated Press bahwa mereka tidak menemukan data pelaku.
Presiden AS Joe Biden telah memerintahkan peninjauan ulang secara independen terhadap langkah-langkah keamanan menyusul percobaan pembunuhan Trump. [rd/lt]
Forum