Pengawas kompetisi usaha Italia mengatakan pada Rabu (17/7) bahwa pihaknya sedang menyelidiki grup fesyen Armani dan Dior atas tuduhan bahwa mereka menggunakan pemasok yang membayar upah pekerja terlalu rendah dan mempekerjakan anggota staf secara berlebihan.
Sebagai bagian dari penyelidikan, pengawas AGCM dan polisi keuangan Guardia di Finanza pada Selasa (16/7) melakukan inspeksi di kantor pusat Giorgio Armani SpA dan G.A. Operations SpA serta Christian Dior Italia Srl, kata pengawas tersebut.
Investigasi dilakukan setelah unit Armani dan Dior secara terpisah ditempatkan di bawah pengawasan administrasi peradilan awal tahun ini menyusul kekhawatiran atas pelanggaran undang-undang ketenagakerjaan oleh subkontraktor.
Baik Armani maupun Dior tidak menanggapi permintaan kantor berita AFP untuk komentar.
Dalam sebuah pernyataan, pengawas persaingan mengatakan telah membuka penyelidikan terhadap perusahaan grup Armani dan Dior atas dugaan praktik komersial yang tidak adil.
“Dalam beberapa kasus, perusahaan mungkin menggunakan pasokan dari bengkel yang mempekerjakan pekerja yang menerima upah tidak memadai,” katanya.
Para anggota staf juga diduga telah bekerja “melebihi batas jam kerja yang ditetapkan oleh hukum yang berlaku dan dalam kondisi kesehatan dan keselamatan yang tidak memadai," katanya.
Pada April, pengadilan Italia menempatkan sebuah anak perushaan Armani di bawah administrasi peradilan secara parsial selama satu tahun, setelah pengadilan menemukan salah satu pemasoknya menggunakan subkontraktor yang melanggar undang-undang ketenagakerjaan.
Giorgio Armani Operations - sebuah perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Giorgio Armani, yang bergerak di bidang desain dan produksi pakaian dan aksesoris label tersebut - tidak dituduh melakukan pelanggaran.
Namun pengadilan mengatakan salah satu pemasoknya melakukan subkontrak produksi di wilayah Milan ke apa yang mereka sebut "bengkel China" yang sebagian besar mempekerjakan warga negara China dan Pakistan dalam kondisi yang eksploitatif.
Armani mengatakan pada saat itu bahwa pihaknya sepenuhnya bekerja sama dengan pihak berwenang dan “selalu melakukan tindakan pengendalian dan pencegahan untuk meminimalkan pelanggaran dalam rantai pasokan."
Pada Juni, pengadilan Milan memerintahkan agar perusahaan fesyen ternama lainnya ditempatkan di bawah administrasi peradilan, karena apa yang menurut polisi merupakan kegagalan dalam mencegah eksploitasi tenaga kerja dalam rantai pasokannya.
Dalam sejumlah laporan, perusahaan itu diidentifikasi sebagai Manufactures Dior Srl, unit dari Christian Dior Italia. Dior dimiliki oleh raksasa Prancis LVMH.
Menurut pernyataan polisi pada saat itu, perusahaan tersebut mengalihkan produksi sebagian dari koleksi tas dan aksesori pada 2024 ke perusahaan pihak ketiga. [ft/rs]
Forum