Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, Selasa (24/9), memperingatkan para pemimpin dunia bahwa Lebanon tengah berada "di ambang kehancuran.” Ia mengimbau agar negara tersebut tidak dibiarkan berubah menjadi "Gaza yang lain," menyusul serangan Israel sehari sebelumnya yang merenggut lebih dari 550 nyawa.
"Gaza adalah mimpi buruk yang tiada henti, yang mengancam seluruh kawasan bersamanya. Lihat Lebanon sebagai contohnya," kata Guterres dalam pembukaan Sidang umum Tahunan PBB. Ketegangan antara Israel dan Hizbullah, kelompok bersenjata yang didukung Iran, berisiko memicu perang besar di wilayah tersebut.
"Kita semua harus waspada dengan eskalasi ini. Lebanon berada di ambang kehancuran. Rakyat Lebanon, rakyat Israel, dan rakyat dunia tidak mampu membiarkan Lebanon menjadi Gaza yang lain,” ujarnya.
Pidato Gutteres itu menyoroti masalah perang, di mana ia menyebutkan Gaza, Lebanon, Ukraina, Sudan, serta konflik lainnya yang masih berkecamuk.
"Tidak ada yang dapat membenarkan tindakan teror yang mengerikan yang dilakukan oleh Hamas pada 7 Oktober, atau penyanderaan -- yang keduanya telah berulang kali saya kecam," kata mantan perdana menteri Portugal yang berusia 75 tahun itu.
"Dan tidak ada yang dapat membenarkan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina," lanjutnya.
Guterres mengatakan umat manusia menghadapi tiga ancaman besar terhadap keberlanjutan: impunitas yang merusak hukum internasional, ketidaksetaraan yang menggoyahkan stabilitas negara, dan ketidakpastian global “yang mengancam masa depan kita dengan cara yang tidak dapat diketahui."
'Hizbullah Tak Bisa Lawan Israel Sendirian’
Sementara itu, Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, mengatakan pada Selasa (24/9) bahwa sekutunya Hizbullah "tidak dapat berdiri sendiri" dalam melawan Israel yang melakukan penyerangan lewat udara paling mematikan di Lebanon sejak 2006.
"Hizbullah tidak dapat berdiri sendiri melawan negara yang didukung, dan dipersenjatai oleh negara-negara Barat, Eropa, dan Amerika Serikat," kata Pezeshkian dalam sebuah wawancara dengan CNN yang diterjemahkan dari bahasa Persia ke bahasa Inggris.
Ia meminta komunitas internasional untuk "tidak membiarkan Lebanon menjadi Gaza lain.” Ia melontarkan pernyataan itu sebagai tanggapan atas pertanyaan apakah Iran akan menggunakan pengaruhnya terhadap Hizbullah untuk meminta mereka menahan diri.
Kementerian Kesehatan Lebanon, Senin (23/9) mengatakan hampir 500 orang, termasuk 35 anak-anak, tewas dalam serangan Israel di negara itu.
Militer Israel mengklaim berhasil menyerang sekitar 1.600 target Hizbullah, Senin (23/9), mengakibatkan kematian "sejumlah besar" militan, dan melanjutkan serangan pada Selasa pagi.
Iran mendesak Dewan Keamanan PBB untuk "mengambil tindakan segera" terhadap eskalasi "gila" Israel tersebut.
"Iran TIDAK akan bersikap acuh tak acuh," kata Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi dalam sebuah posting di X pada Senin malam.
"Kami mendukung rakyat Lebanon dan Palestina,” tulisnya.
Serangan Israel tersebut terjadi kurang dari seminggu setelah serangan sabotase terkoordinasi yang menargetkan perangkat komunikasi Hizbullah. Insiden itu menewaskan 39 orang dan melukai hampir 3.000 orang.
Pezeshkian, yang berada di New York untuk menghadiri Sidang Umum Tahunan PBB, menuding Israel sebagai dalang perang.
"Kami tahu lebih baik daripada siapa pun bahwa jika perang dengan skala lebih besar meletus di Timur Tengah, itu tidak akan menguntungkan siapa pun di dunia," kata Pezeshkian kepada wartawan.
"Israel-lah yang berusaha menciptakan konflik yang lebih luas ini."
Ia mengatakan Iran "tidak pernah memulai perang dalam 100 tahun terakhir" dan "tidak ingin menimbulkan ketidakamanan".
Namun, ia menekankan bahwa Iran "tidak akan pernah membiarkan negara mana pun memaksa kami untuk bertindak atau mengancam keamanan serta integritas teritorial kami." [ah/es]
Forum