Tautan-tautan Akses

Presiden Iran Peringatkan Konsekuensi ‘Pasti’ Perang Regional yang Lebih Luas


Presiden Iran Masoud Pezeshkian menghadiri konferensi pers di Teheran, Iran, 16 September 2024. (Foto: WANA/Majid Asgaripour via REUTERS)
Presiden Iran Masoud Pezeshkian menghadiri konferensi pers di Teheran, Iran, 16 September 2024. (Foto: WANA/Majid Asgaripour via REUTERS)

Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, menuduh komunitas internasional hanya bungkam dalam menghadapi apa yang disebutnya sebagai "genosida Israel" di Gaza.

Presiden Iran pada Senin (23/9) menuding Israel berupaya menjerumuskan Timur Tengah ke dalam kancah peperangan yang lebih massif dengan memprovokasi Iran untuk ikut serta dalam konflik antara Israel dan Hizbullah yang didukung Teheran di Lebanon. Ia memperingatkan akan adanya konsekuensi yang "tidak dapat diubah" jika perang regional terus meluas.

Masoud Pezeshkian, berbicara kepada sekelompok wartawan setelah kedatangannya di New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB, mengatakan: "Kami tidak ingin menjadi penyebab ketidakstabilan di Timur Tengah karena konsekuensinya tidak dapat diubah"

"Kami ingin hidup dalam damai, kami tidak menginginkan perang," tambahnya. "Israel-lah yang berusaha menciptakan konflik habis-habisan ini."

Pezeshkian, seorang politikus yang relatif moderat, terpilih menjadi presiden pada Juli. Ia berjanji untuk menerapkan kebijakan luar negeri yang pragmatis di bawah kepemimpinannya. Pada kesempatan itu ia juga menuduh komunitas internasional bersikap bungkam dalam menghadapi apa yang disebutnya sebagai "genosida Israel" di Gaza.

Asap mengepul di Lebanon selatan menyusul serangan Israel, di tengah permusuhan lintas batas yang sedang berlangsung antara Hizbullah dan pasukan Israel, seperti yang terlihat dari Tyre, Lebanon selatan, 23 September 2024 (Foto: REUTERS/Aziz Taher)
Asap mengepul di Lebanon selatan menyusul serangan Israel, di tengah permusuhan lintas batas yang sedang berlangsung antara Hizbullah dan pasukan Israel, seperti yang terlihat dari Tyre, Lebanon selatan, 23 September 2024 (Foto: REUTERS/Aziz Taher)

Seruan Pezeshkian untuk menyelesaikan konflik Timur Tengah melalui dialog muncul setelah Israel memborbardir Hizbullah lewat serangan udara pada Senin. Serangan tersebut menjadikan hari kemarin sebagai hari paling mematikan di Lebanon dalam hampir setahun terakhir saat pecahnya konflik antara Israel dan Hamas.

"Kami akan membela kelompok mana pun yang membela hak-haknya dan dirinya sendiri," kata Pezeshkian, ketika ditanya apakah Iran akan ikut campur dalam konflik antara Israel dan Hizbullah. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, yang juga berada di New York, menyebut situasi tersebut sebagai perang sungguhan. Ia mendesak para pemimpin dunia untuk melakukan segala yang mereka bisa untuk menghentikannya, sambil menambahkan, "Di sini, di New York, adalah saatnya untuk melakukan itu."

Puluhan ribu orang terpaksa mengungsi dari kota-kota dan desa-desa di kedua sisi perbatasan akibat baku tembak yang terjadi hampir setiap hari antara pasukan Israel dan Hizbullah. Israel menyatakan bahwa mereka lebih memilih solusi diplomatik yang akan mendorong Hizbullah untuk menjauhi perbatasan.

Namun, Hizbullah, yang juga menginginkan untuk menghindari konflik besar, menyatakan bahwa hanya dengan berakhirnya perang di Gaza, pertempuran dapat dihentikan. Dialog selama berbulan-bulan untuk mencapai gencatan senjata di Gaza, yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat, terus gagal.

Kebijakan regional Iran diputuskan oleh Korps Garda Revolusi, kelompok elit yang hanya bertanggung jawab kepada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Pezeshkian telah berulang kali menegaskan sikap Iran yang anti-Israel Iran dan juga dukungan negara tersebut terhadap gerakan perlawanan di seluruh wilayah sejak menjabat bulan lalu.

Ketika ditanya apakah Iran akan membalas pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di wilayahnya pada akhir Juli, Pezeshkian menjawab, "Kami akan menanggapi pada waktu dan tempat yang tepat, dengan cara yang tepat."

Spanduk bergambar mendiang pemimpin Hamas Ismail Haniyeh berada di samping bendera Iran dan Palestina di Teheran, Iran, 12 Agustus 2024. (Foto: Majid Asgaripour/WANA via REUTERS)
Spanduk bergambar mendiang pemimpin Hamas Ismail Haniyeh berada di samping bendera Iran dan Palestina di Teheran, Iran, 12 Agustus 2024. (Foto: Majid Asgaripour/WANA via REUTERS)

Teheran dan Hamas menuding Israel sebagai pelaku pembunuhan itu. Insiden tersebut menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya konflik langsung antara Teheran dan musuh bebuyutannya, Israel, di tengah perang Israel di Gaza dan konflik yang semakin memburuk di Lebanon.

Garda Revolusi Iran dan Khamenei bertekad akan membalas dendam "yang kejam" sebagai balasan atas pembunuhan Haniyeh, yang terjadi saat ia mengunjungi Teheran. Sejauh ini, Teheran menahan untuk membalas Israel secara langsung, yang tidak mengonfirmasi atau membantah keterlibatannya dalam insiden itu.

Tiga pejabat senior Iran mengungkapkan kepada Reuters pada Agustus bahwa Teheran melakukan pembicaraan intensif dengan negara-negara Barat dan Amerika Serikat untuk menentukan langkah-langkah yang akan diambil terhadap Israel terkait pembunuhan Haniyeh.

"Kami diinformasikan akan ada perjanjian gencatan senjata dalam satu minggu" antara Israel dan Hamas yang didukung Iran, "tetapi minggu itu tidak pernah tiba dan sebaliknya Israel terus memperluas serangannya,” kata Pezeshkian. [ah/rs]

Forum

XS
SM
MD
LG