Filipina pada Jumat (5/10) mengecam dugaan penyerangan oleh China terhadap nelayan Vietnam di Laut Cina Selatan, di mana Filipina dan China juga terlibat dalam konfrontasi sengit yang memicu ketakutan akan konflik bersenjata.
Vietnam menuduh "pasukan penegak hukum China" memukuli 10 nelayan tersebut dengan besi batangan dan merampok ikan serta peralatan senilai ribuan dolar pada Minggu di lepas pantai Kepulauan Paracel.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengakui sebuah insiden terjadi di sana, tetapi membantah versi Vietnam mengenai peristiwa tersebut. China dan Vietnam sama-sama mengklaim Kepulauan Paracel, tetapi Filipina tidak.
“Kami mengutuk keras tindakan kekerasan dan ilegal yang dilakukan otoritas maritim China terhadap nelayan Vietnam di dekat Kepulauan Paracel pada tanggal 29 September 2024,” kata Penasihat Keamanan Nasional Filipina Eduardo Ano dalam sebuah pernyataan.
Dia menggambarkan “serangan yang tidak dapat dibenarkan” itu sebagai “tindakan mengkhawatirkan yang tidak mendapat tempat dalam hubungan internasional.”
Departemen Luar Negeri Filipina juga mengeluarkan pernyataan pada Jumat yang mengatakan pihaknya mengetahui “insiden serius” tersebut.
“Filipina secara konsisten mengecam penggunaan kekerasan, agresi dan intimidasi di Laut Cina Selatan, dan menekankan perlunya para pihak untuk benar-benar menahan diri,” katanya.
“Merupakan kewajiban utama untuk menjamin keselamatan kapal dan awaknya di laut, terutama nelayan."
Insiden itu terjadi hanya tiga bulan setelah personel penegak hukum China yang bersenjatakan pisau, tongkat, dan kapak menyerang pasukan Filipina yang berusaha memasok garnisun Filipina di Second Thomas Shoal di kepulauan Spratly.
Pihak China menyita senjata dan peralatan lainnya serta merusak kapal-kapal Filipina, sedangkan seorang pelaut Filipina kehilangan jempolnya dalam baku hantam pada 17 Juni.
Penjaga pantai China dan kapal-kapal lainnya dalam beberapa bulan terakhir juga beberapa kali menabrak, melakukan meriam air, dan memblokir kapal-kapal pemerintah Filipina di sekitar Second Thomas Shoal dan Sabina Shoal di Spratly, serta Scarborough Shoal di wilayah laut lainnya.
Beijing mengklaim sebagian besar Laut Cina Selatan dan selama bertahun-tahun berusaha memperluas kehadirannya di wilayah yang diperebutkan di sana. China mengabaikan keputusan internasional yang menyatakan bahwa klaimnya atas sebagian besar jalur air tersebut tidak memiliki dasar hukum.
Filipina telah membangun pulau-pulau buatan yang dipersenjatai dengan sistem rudal dan landasan pacu untuk jet tempur, dan mengerahkan kapal-kapal yang menurut Filipina mengganggu kapal-kapalnya dan menghalangi para nelayannya. [ft]