China dan Vatikan telah sepakat untuk memperpanjang perjanjian pengangkatan uskup Katolik di negara komunis tersebut untuk jangka waktu empat tahun, kata kedua pihak, Selasa (22/10).
Vatikan mencapai kesepakatan penting dengan pemerintah Beijing pada 2018. Perjanjian tersebut, yang sebelumnya diperbarui setiap dua tahun, memberikan masukan kepada para pejabat China mengenai siapa yang ditunjuk sebagai uskup di negara itu oleh Paus Fransiskus.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China pertama kali mengumumkan pembaruan tersebut pada konferensi pers di Beijing. Vatikan mengonfirmasi langkah tersebut dalam sebuah pernyataan, yang mengatakan pihaknya “tetap berdedikasi untuk memajukan dialog yang saling menghormati dan konstruktif” dengan China.
Umat Katolik konservatif mengkritik perjanjian tersebut karena dianggap menyerahkan kendali terlalu besar kepada China. Kardinal Joseph Zen, 92 tahun, yang menjabat sebagai uskup Hong Kong pada 2002-2009, termasuk di antara para kritikus yang paling vokal.
Vatikan mengatakan perjanjian itu menyelesaikan perpecahan selama puluhan tahun antara gereja bawah tanah yang bersumpah setia kepada Vatikan dan Asosiasi Patriotik Katolik yang diawasi negara.
Kesepakatan tersebut tidak pernah dipublikasikan, tetapi hanya dijelaskan oleh pejabat diplomatik. Vatikan mengatakan Paus mempunyai kekuasaan pengambilan keputusan akhir dalam penunjukan uskup di China.
Dalam pernyataan Selasa (22/10), Vatikan mengatakan mereka mengharapkan “perkembangan lebih lanjut dalam hubungan bilateral demi kepentingan Gereja Katolik di China dan rakyat China secara keseluruhan.”
Berbicara bulan lalu di akhir kunjungannya ke Asia Tenggara dan Oseania, Paus Fransiskus mengatakan hasil kesepakatan pada 2018 “baik.”
“Saya senang berdialog dengan China,” kata Paus berusia 87 tahun itu. "Kami bekerja dengan niat baik." [ft/es]