Aktris Cinta Laura, komika Bintang Emon, dan kreator konten Andovi da Lopez berkolaborasi membuat sebuah kampanye bernama Tim Indonesia. Kampanye yang terinspirasi oleh gerakan penggalangan dana internasional kolaboratif Team Seas itu bertujuan mendesak para calon kepala daerah untuk menangani masalah pengelolaan sampah yang dianggap tidak ditata dengan baik dan menjadi sumber pendapatan negara yang tidak tergarap.
"Biasanya kalau kita ngomongin Indonesia, perubahan iklim, kita cuma nyasarnya tuh mungkin ke batubara, emisi, dan sebagainya… tapi ternyata salah satu sumber yang mempercepat krisis iklim yang [di]kontribusi Indonesia itu adalah karena tumpukan sampah kita yang udah gila banget,” kata Abigail Limuria, penggagas platform media daring What is Up Indonesia? yang digandeng Tim Indonesia untuk mendesain rencana kampanye, kepada VOA melalui sambungan telepon (21/11).
Abigail juga menyoroti potensi pendapatan negara yang seharusnya bisa diraup sektor pengolahan limbah.
“Bisa dibilang kita sebenarnya punya tumpukan duit yang nggak – yang belum dikelola, dan karena nggak dikelola malah jadi pencemar, jadi racun, gitu. Padahal kalau dikelola malah untung, jadi cuan gede, gitu, kan,” imbuhnya.
Menurut studi tahun 2024 dari Senang Eco Services, konsultan keberlanjutan yang berbasis di Bali, sebanyak 94,5 persen sampah di Indonesia dikelola melalui pembuangan akhir, akan tetapi hanya 1,39 persen yang diproses lebih lanjut. Sisanya menumpuk menjadi gunungan sampah. Akibatnya, Indonesia kehilangan sekitar Rp93 triliun per tahun akibat sampah yang tidak dikelola dengan baik. Padahal, angka tersebut bisa membiayai hampir seluruh anggaran belanja kesehatan pemerintah pusat tahun 2024 yang sebesar Rp97,4 triliun.
Tim Indonesia lantas mengajak para kreator konten, pemengaruh, dan warganet untuk mengampifikasi isu pengelolaan sampah, dengan mendorong mereka untuk membuat dan memposting konten mengenai isu sampah sebanyak-banyaknya, sambil menge-tag alias “mencolek” calon kepala daerah di media sosial, dan mengarahkan orang-orang untuk menandatangani petisi desakan tersebut.
Abigail mengatakan, gerakan dunia maya itu akan mempermudah masyarakat "menagih janji" pengelolaan sampah yang disampaikan para kandidat selama kampanye.
"Ketika, misalnya, Ridwan Kamil atau Pramono [Anung], mereka kan sudah taruh mukanya [di website Tim Indonesia], dan bahkan bikin konten [Instagram] Reels kayak jabarin - kalau soal sampah - dia bakal lakuin A, B, C, nah, itu tuh kan jejak tertulisnya jelas banget jadinya. Jadi, kalau misalnya isu sampahnya nggak terlalu ditangani, nagihnya udah gampang.”
Seperti diungkap Abigail, dua calon gubernur DKI Jakarta, Ridwan Kamil dan Pramono Anung, telah menyatakan komitmen mereka terhadap masalah sampah usai desakan Tim Indonesia.
Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, dalam unggahan Instagramnya menyatakan bahwa komitmen menangani masalah sampah sudah ia jalankan ketika menjabat wali kota Bandung dan gubernur Jawa Barat.
Ia mengatakan, dirinya menggunakan pendekatan "pentaheliks", yang melibatkan akademisi, pengusaha, komunitas, pemerintah dan media dalam menyelesaikan persoalan sampah.
"Bisnis juga harus peduli dengan mengurangi sampah-sampah produk, kemudian juga akademisi membantu mencarikan ilmu-ilmu baru yang ramah lingkungan, komunitas mengampanyekan seperti ini, government dengan political will-nya, dan media memviralkan hal-hal positif," sebutnya.
Sementara itu, melalui postingan Instagram, Pramono menyatakan bahwa dirinya akan membentuk tim khusus untuk membersihkan sampah baliho-baliho kampanyenya pascapilkada.
Lebih jauh, ia memaparkan bahwa ada tiga solusi masalah sampah.
"Pertama, menyiapkan pembangkit listrik tenaga sampah. Sampah kita ternyata bisa jadi energi loh, dan ini energi terbarukan. Yang kedua, mensosialisasikan kepada masyarakat untuk memilah sampah. [...] Yang ketiga, mengoptimalkan PPSU atau pasukan oranye, jadi mereka cepat tanggap dalam memastikan kebersihan lingkungan kita," Pramono merujuk pada petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum Tingkat Kelurahan (PPSU).
Hanifah Nurawaliah, 29 tahun, pegiat isu sampah yang getol ngonten dan mendampingi masyarakat untuk belajar mengelola sampah di lingkungan tempat tinggalnya di Bandung, Jawa Barat, tergerak untuk meramaikan kampanye Tim Indonesia dengan memposting konten yang menjelaskan betapa pentingnya mendorong pemerintah daerah untuk menyelesaikan masalah sampah.
“Kalau bisa kepala daerah itu berkonsultasi dengan para ahli persampahan di Indonesia. Karena apa? Karena untuk menyelesaikan solusi persampahan itu bukan hanya, misalnya, dengan kampanye 3R. Nggak, tapi memang harus dari akarnya. Akarnya adalah di tata kelola,” urai Hanifah melalui sambungan telepon (25/11). Istilah 3R yang ia sebut merujuk pada kampanye reduce, reuse, recycle, atau kurangi, gunakan kembali, dan daur ulang sampah,' jelaasnya.
[Foto: Hanifah Nurawaliah (kiri), 29 tahun, mendampingi warga di sekitar tempat tinggalnya di Rancaekek, Bandung, untuk belajar mengompos sampah. (Courtesy: pribadi)]
Hanifah menilai, dari berbagai aspek pengelolaan sampah, seperti kelembagaan, teknis operasional, pembiayaan, hingga partisipasi masyarakat, masalah utamanya ada pada penegakkan hukum.
“Karena aturan sebetulnya sudah ada, seperti di sini, sudah sangat jelas bupati atau wali kota itu memang punya peran atau andil banget terhadap urusan sampah ini. Punya wewenang,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan Tika Diagnestya, kreator konten yang bekerja untuk salah satu lembaga nirlaba yang fokus pada isu manajemen limbah. Ia turut berpartisipasi dalam kampanye kreator yang digagas Cinta Laura dkk.
Tika berpendapat, regulasi tanpa implementasi yang konsisten akan membuat orang meremehkan hukum, dan ia berharap kepala daerah yang terpilih akan dapat menegakkannya.
“Aku berharap banget supaya calon kepala daerah ini nantinya, siapapun yang kepilih, tetap menjadikan sampah sebagai prioritas utama dalam kebijakan mereka,” tuturnya kepada VOA melalui sambungan telepon (25/11).
“Aku juga berharap nantinya Tim Indonesia tetap menindaklanjuti dari [kepala daerah] yang sudah kepilih untuk menghubungkan gubernur tersebut ke pakar pengelolaan limbah, lembaga-lembaga sosial yang bisa bekerja sama atau membantu mengedukasi pemerintah,” pungkasnya.
Dengan memanfaatkan popularitas para penggagas, Tim Indonesia ingin agar desakan yang mereka buat ampuh melekat di benak sebanyak mungkin masyarakat dan digubris para calon pemimpin daerah.
Hingga berita ini diterbitkan, selain Ridwan dan Pramono di Jakarta, hanya ada satu calon kepala daerah lain yang menyatakan melalui Tim Indonesia bahwa ia akan memasukkan pengelolaan sampah ke dalam program strategisnya, yaitu calon gubernur Jawa Timur Inda Raya Ayu Miko Saputri.
Pemilihan kepala daerah akan diselenggarakan secara serentak pada Rabu, 27 November 2024, di 37 provinsi dan 508 kabupaten/kota. [rd/ab]
Forum