Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, Kamis (28/11), bahwa tidak ada alasan untuk khawatir tentang jatuhnya rubel Rusia, yang minggu ini merosot ke level terendah sejak Maret 2022.
Nilai tukar mata uang tersebut anjlok setelah Washington memberlakukan sanksi terhadap bank-bank Rusia yang terlibat dalam perdagangan luar negeri, di tengah meningkatnya ketegangan terkait invasi Rusia ke Ukraina.
“Situasinya terkendali. Tentu saja tidak ada alasan untuk panik,” kata Putin kepada wartawan di Kazakhstan.
Bank sentral Rusia menetapkan nilai tukar resmi untuk mata uang tersebut terhadap dollar Amerika sebesar 108 per dollar pada Rabu (27/11) atau sekitar 10 persen lebih rendah dibandingkan minggu lalu.
Pemerintah juga menghentikan pembelian mata uang asing dalam upaya untuk menopang rubel, yang biasanya diperdagangkan pada kisaran 75-80 terhadap dolar AS sebelum perang.
Putin menepis anggapan bahwa perang Rusia terhadap Ukraina adalah penyebab buruknya kondisi mata uang tersebut.
"Mengenai nilai tukar rubel,... terkait dengan pembayaran anggaran dan harga minyak. Di sini ada banyak faktor musiman," katanya pada konferensi pers setelah pertemuan puncak sekutu-sekutu Rusia di Astana.
Perekonomian Rusia telah tumbuh menguat sejak mengirim pasukan ke Ukraina pada 2022, didukung oleh peningkatan besar-besaran dalam belanja militer.
Namun inflasi mencapai dua kali lipat dari target resmi Rusia sebesar 4,0 persen dan penurunan nilai rubel terbaru akan memberikan tekanan lebih besar pada daya beli masyarakat Rusia. [ab/ka]
Forum