Pemberontak Suriah pada Jumat (6/12) mengambil kendali penuh atas pusat kota Hama dan sebuah pangkalan udara yang terletak di sana pada hari yang sama. Pemimpin kelompok pemberontak, dalam sebuah wawancara, mengatakan bahwa tujuan serangan kilat itu adalah untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Bashar Assad.
Rekaman video yang ditayangkan pada Jumat menunjukkan warga Hama berkumpul di jalan-jalan untuk merayakannya bersama pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
Militer Suriah mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Kamis (5/12) bahwa pihaknya telah menarik pasukan dari pusat kota Hama setelah pertempuran sengit dengan pasukan pemberontak. Mundurnya militer Suriah menandai kekalahan besar lainnya bagi Assad dalam perang saudara yang sedang berlangsung di negara tersebut.
Tentara mengatakan pihaknya mengerahkan kembali pasukannya di luar Hama untuk melindungi penduduk sipil di kota tersebut.
Sejumlah laporan berita pada Jumat mengatakan para pemberontak, yang terdiri dari kombatan kelompok HTS dan Tentara Nasional Suriah yang didukung Turki, telah mengambil alih sejumlah kota, termasuk Ar Rastan, dalam perjalanan menuju ke Homs, kota terbesar ketiga di Suriah. Ribuan orang dilaporkan telah meninggalkan kota itu sebelum para pemberontak.
Pengambil-alihan kota Aleppo dan Hama oleh pemberontak telah memicu kembali perang saudara yang pecah setelah pemberontakan rakyat pada 2011 dan terjadi ketika sekutu Assad sibuk dengan perang mereka sendiri. Rusia sedang menginvasi ke Ukraina dan militan Hizbullah serta Hamas yang didukung Iran sedang melawan pasukan Israel di Lebanon selatan dan Gaza.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan beberapa negara lain, termasuk Amerika Serikat, telah menetapkan HTS sebagai kelompok teroris. Namun, wawancara televisi CNN dengan pemimpin HTS Abu Mohammed al-Golani yang dirilis pada Jumat, dia menggambarkan perjuangan kelompoknya sebagai “revolusi” untuk membebaskan Suriah dari penindasan Assad.
Setelah pertemuan pada Jumat di Bagdad dengan para mitra dari Irak dan Suriah untuk membahas situasi tersebut, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menegaskan kembali dukungan Iran terhadap pemerintah Suriah dalam perjuangannya melawan teroris. Menurut Araghchi, “tidak diragukan lagi” bahwa para pemberontak melakukan serangan sebagai “ bagian dari konspirasi Amerika-Zionis.”
Sebelumnya pada Jumat, kantor berita Reuters melaporkan para pejabat Iran mengatakan bahwa Iran bermaksud mengirim rudal dan pesawat nirawak ke Suriah serta menambah jumlah penasihat militernya di sana.
Pada konferensi pers di markas besar PBB di New York pada Jumat, juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan setidaknya 370.000 orang telah mengungsi akibat pertempuran tersebut, termasuk 100.000 orang yang meninggalkan rumah mereka lebih dari satu kali. Dia mengatakan sebagian besar pengungsi adalah perempuan dan anak-anak.
Dujarric juga mengatakan pertempuran di Suriah terus menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur penting, sehingga mengganggu operasi bantuan yang sangat dibutuhkan.
Mengutip otoritas kesehatan setempat, Dujarric mengatakan ratusan warga sipil diperkirakan tewas atau terluka selama seminggu terakhir – meskipun, tambahnya, situasinya sangat tidak menentu dan jumlah pasti korban belum dapat dikonfirmasi. [ft/pp]
Koresponden VOA untuk PBB, Margaret Besheer, berkontribusi pada laporan ini. Beberapa informasi lainnya berasal dari The Associated Press, Reuters, dan Agence France-Presse.