Puluhan ribu orang berunjuk rasa pada Minggu (22/12) di ibu kota Serbia, Beograd, untuk menuntut para pemimpin negara itu bertanggung jawab atas runtuhnya atap stasiun kereta yang menewaskan 15 orang bulan lalu.
Selama lebih dari tujuh pekan, pemerintah Serbia telah berada di bawah tekanan dari demonstrasi di seluruh wilayah negara itu, menyusul jatuhnya banyak korban di kota Novi Sad di bagian utara, dengan banyak pengunjuk rasa menuduh pihak berwenang melakukan korupsi dan pengawasan yang tidak memadai.
Protes pada Minggu, yang diselenggarakan oleh mahasiswa, dimulai dengan mengheningkan cipta selama 15 menit sebagai penghormatan kepada 15 korban dalam insiden tersebut, dengan para pengunjuk rasa menerangi alun-alun dengan mengacungkan ponsel mereka.
Keheningan tersebut diikuti oleh “kebisingan selama setengah jam” saat para demonstran meniup peluit dan vuvuzela untuk menghasilkan suara yang memekakkan telinga.
Demonstrasi tersebut menduduki alun-alun Slavija, bundaran utama, yang membuat lalu lintas di pusat kota menjadi macet.
Menurut pernyataan Kementerian Dalam Negeri, hingga 29 ribu orang menghadiri aksi tersebut.
“Negara adalah milik anak-anak” dan “Protes adalah ujian”, demikian bunyi beberapa poster demonstran yang menuntut agar perdana menteri dan walikota Novi Sad mengundurkan diri, dan agar mereka yang terbukti bertanggung jawab dituntut.
“Pemerintah harus memenuhi setiap tuntutan mahasiswa dan itu berarti mengadili semua orang yang bertanggung jawab atas tragedi itu,” kata Lazar, seorang insinyur perangkat lunak berusia 24 tahun kepada kantor berita AFP.
Para petani, aktor, dan warga negara lain dari seluruh Serbia datang untuk mendukung para mahasiswa.
Para mahasiswa dan warga di kota Nis di wilayah Selatan, juga berunjuk rasa pada Minggu.
“Pada saat ini, mendukung kaum muda ini adalah hal yang paling penting,” kata Nenad Radovanovic, seorang pensiunan, kepada kantor berita AFP.
Para mahasiswa juga menuntut agar proses hukum terhadap para demonstran dibatalkan, dan agar mereka yang telah menyerang para demonstran dalam protes sebelumnya diadili.
Dalam upaya untuk meredakan kemarahan dan menenangkan protes, pihak berwenang selama beberapa pekan terakhir telah menjanjikan berbagai subsidi untuk kaum muda.
Pada Jumat, pemerintah mengumumkan rencana untuk menutup sekolah lebih awal untuk liburan musim dingin.
Para mahasiswa terus berunjuk rasa, dengan mengatakan tuntutan mereka hanya dipenuhi sebagian. Hampir semua fakultas di universitas negeri di seluruh negara itu diblokade oleh mahasiswa.
“Saya di sini karena sudah tidak tahan lagi. Kami semua turun ke jalan karena ini benar-benar tidak masuk akal dengan apa yang sedang dilakukan di negara ini,” kata arsitek Daria Poljolka, 27 tahun.
Empat belas orang, berusia antara enam dan 74 tahun, tewas pada 1 November ketika atap runtuh setelah pekerjaan renovasi besar-besaran di stasiun. Korban ke-15 meninggal di rumah sakit beberapa pekan kemudian. [ns/ab]
Forum