Presiden Serbia Aleksandar Vucic pada Jumat (13/12), mengungkapkan bahwa Amerika Serikat berencana menjatuhkan sanksi dalam beberapa hari ke depan terhadap satu-satunya pemasok gas Serbia karena perusahaan tersebut dimiliki oleh Rusia
Industri Perminyakan Serbia (NIS), yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Gazprom Neft Rusia dan induknya, Gazprom, merupakan satu-satunya pemasok gas di Serbia sekaligus pemegang mayoritas kepemilikan jaringan pipa gas utama yang menyalurkan gas dari Rusia ke rumah tangga dan sektor industri di negara tersebut.
"Inggris juga ikut dalam sanksi, yang berarti semua orang. Ini mungkin salah satu berita terberat," kata Vucic di stasiun televisi swasta yang berafiliasi dengan pemerintah.
Baik Amerika Serikat maupun Inggris belum mengomentari hal tersebut.
Serbia tetap menjalin hubungan erat dengan Moskow sejak invasi ke Ukraina dan menolak menerapkan sanksi, meskipun berstatus sebagai kandidat anggota Uni Eropa.
"Saya rasa ini adalah bagian dari tekanan geopolitik yang lebih besar terhadap Rusia," ujar Vucic.
Ia menegaskan bahwa jika keputusan tersebut diberlakukan, hal itu akan menjadi pukulan berat bagi Serbia yang sangat bergantung pada gas Rusia. Saat ini, Serbia tengah merundingkan kesepakatan baru, mengingat perjanjian saat ini akan berakhir pada Maret 2025.
“Kita harus menunggu keputusan final. Pembicaraan dengan Rusia masih akan berlangsung. Kita akan melihat apakah kepemilikannya bisa dikurangi hingga di bawah 50 persen, sehingga kita bisa membeli sebagian sahamnya,” ujar Vucic, sembari menambahkan bahwa sanksi tersebut akan mulai berlaku pada 1 Januari.
Gazprom Neft memiliki 50 persen saham NIS, Gazprom 6,15 persen, dan 29,9 persen dimiliki oleh Republik Serbia, menurut situs web NIS.
Sisa saham dimiliki oleh warga negara Serbia, karyawan, mantan karyawan, dan pemegang saham minoritas lainnya. [ah]
Forum