Presiden Barack Obama berada di Rio de Janeiro hari Minggu, di mana ia menyebut Brazil sebagai contoh bagaimana kediktatoran dapat berubah menjadi demokrasi yang kuat.
Rio Janeiro menjadi pusat protes jalanan tahun 1984 yang membuat runtuhnya kediktatoran militer yang telah berlangsung 20 tahun.
Presiden Obama mengatakan Brazil menunjukkan kepada dunia Arab bahwa pergolakan rakyat yang berawal di jalanan dapat mengubah suatu negara dan dunia.
Brazil adalah satu dari lima negara yang memberikan suara abstain dalam pemungutan suara Dewan Keamanan PBB pekan lalu mengenai penggunaan kekuatan terhadap pemimpin Libya Moammer Gadhafi.
Penolakan Brazil mendukung tindakan militer di Libya tidak mengurangi kehangatan perasaan Obama terhadap sekutu Amerika di itu. Pada hari Senin, Obama melanjutkan lawatannya ke Amerika Latin dengan mengunjungi Chili, yang menandatangani perjanjian energi nuklir dengan Amerika di samping protes dari para pecinta lingkungan setelah bencana dengan reaktor nuklir di Jepang.
