Di penghujung bulan Desember 2019, warga diaspora Indonesia di kota New York merayakan keberagaman dengan mengadakan pasar rakyat, festival makanan Indonesia yang bertemakan provinsi dan pulau Papua. Sekitar lima ratus pengunjung hadir di gedung Elmherst Community Hall, Queens, New York. Mereka bukan hanya warga keturunan Indonesia namun juga warga Amerika yang tinggal di Manhattan, Brooklyn dan area Queens.
Berbagai makanan asal Papua ditampilkan mulai dari Papeda (sagu), singkong bakar, ikan bakar manokwari, nasi jaha hingga sambal colo-colo. Namun selain memperkenalkan makanan Papua, sekitar sepuluh vendor makanan menjual berbagai makanan Indonesia lainnya. Seperti tekwan, ayam rica-rica, rendang jengkol, balado ikan asin pete, empal dan gado-gado boplo. Juga jajanan pasar seperti risoles, onde-onde dan wajik durian.
“Saya suka makanan dari berbagai belahan dunia dan saya mengikuti beberapa blogger makanan di kota New York. Lalu saya menemukan acara ini dari (tulisan) blogger-blogger itu,” kata Howard Rappaport yang khusus datang ke pasar rakyat untuk mencicipi makanan Indonesia.
Howard sempat mencicipi makanan Coto Makassar. “Luar biasa enak,” katanya.
Joe DiStefano, blogger makanan terkenal di New York datang khusus ke acara ini untuk menambah referensi tentang makanan Indonesia.
“Kalau datang ke festival seperti ini, saya selalu memulai dengan makanan kecil dulu seperti lemper atau risoles, kalau tidak saya akan makan besar dan tidak dapat makan lainnya," ujar Joe yang tulisannya menjadi barometer penggemar kuliner di kota New York.
“Wingko babat enak sekali. Semua makanan enak, saya tidak terlalu sering datang ke acara IGA. Tapi semua makanan di sini sangat enak,” tambah Joe yang baru pertama kali mencicipi wingko babat.
Pasar rakyat ini merupakan bagian dari acara bazar bulanan yang diselenggarakan oleh Indonesia Gastronomy Association (IGA), sebuah organisasi non-profit yang dimotori oleh diapora Indonesia di New York yang mencintai dunia kuliner.
“Kita ingin mempromosikan Indonesia melalui kuliner juga lewat budaya. Setiap bulan kita mempunyai tema yang berbeda dan kali ini, untuk menutup tahun kita membuat tema khusus Papua,” jelas Dewi Eva Mulya, salah satu founder yang juga public relation dari IGA.
Selain makanan, di atas panggung ditampilkan berbagai acara seperti fashion dengan perpaduan ornamen khas papua, lagu-lagu dari kepulauan bagian timur Indonesia hingga ke tarian khas Papua, Sajojo. Seluruh tamu yang hadir ikut menari dan merasakan suasana Papua.
“Senang sekali, di New York bisa berkumpul dengan orang-orang Indonesia”, kata artis komedi Tika Panggabean dari kelompok Project Pop yang baru selesei syuting film di New York. Tika datang khusus bersama aktris film Asri Welas dan Nirina Zubir, ikut menari Sajojo dan tampil membawakan tembang Project Pop.
"Semoga acara IGA ini konsisten terus ya, kedepan semakin banyak orang mengenal Indonesia dan semakin sayang karena dari makanan bisa turun ke hati,” puji Nirina Zubir yang sangat menikmati makanan Indonesia.
“Kita berdiplomasi melalui gastronomi, bukan hanya makanan saja. Banyak orang yang tidak tahu makanan Indonesia itu apa saja, karena itu setiap bulan kita akan mengangkat tema yang berbeda dari berbagai propinsi di Indonesia,” kata Dewi menutup wawancara dengan VOA. (nr)