Afiliasi al-Qaida di Afrika Utara telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan oleh enam orang bersenjata berat di sebuah kawasan wisata di Pantai Gading hari Minggu (13/3), yang menewaskan 14 warga sipil dan dua tentara, serta melukai 22 lainnya.
Kelompok inteljen SITE yang memonitor situs-situs jihadis mengatakan al-Qaida di Islamic Maghreb mengklaim serangan itu, dengan menyebut ketiga penyerang sebagai “pahlawan” dalam serangan terhadap tiga hotel di resor pantai Grand Bassam.
Presiden Pantai Gading Alassane Outtara mengukuhkan jumlah korban tewas dan mengatakan semua penyerang juga tewas.
Beberapa saksi mata mengatakan tiga dari penyerang itu mengenakan topeng penutup wajah dan datang ke pantai di depan hotel Southern Star yang sedang dipadati ekspatriat asing.
Wartawan VOA di lokasi, Emilie Iob, mengatakan ia melihat sedikitnya enam mayat tergeletak di tanah. Seorang saksi mata mengatakan kepada Emilie Iob, ada empat laki-laki yang meneriakkan kata “Allahu Akbar” sebelum melepaskan tembakan.
Ketika serangan itu berakhir, seorang resepsionis hotel mengatakan “kami tidak tahun dari mana mereka berasal dan kemana mereka pergi”. Semua orang di hotel itu aman dan polisi kini berada di lokasi, ujarnya.
Amerika mengutuk “serangan keji” itu dan memuji “warga Pantai Gading dan pasukan Perancis” yang mencegah jatuhnya lebih banyak korban.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Ned Price mengatakan Amerika siap membantu Pantai Gading melakukan penyelidikan. Ia juga menegaskan komitmen Amerika untuk bekerjasama dengan pihak-pihak lain di Afrika Barat guna melawan teroris yang ingin mengganggu upaya “membangun masyarakat yang toleran dan inklusif”.
Grand-Bassam adalah bekas ibukota colonial Perancis yang terletak sekitar 40 kilometer di bagian timur pusat perdagangan Abidjan, dan telah dijadikan situs Warisan Dunia oleh UNESCO karena keanggunan bangunan era colonial di kota itu.
Dalam beberapa bulan ini kelompk jihadis telah menyerang beberapa hotel mewah di ibukota Mali dan Burkina Faso, menewaskan puluhan orang. [em]