Sebuah laporan dalam jurnal medis mengatakan Afrika Selatan melepaskan pasien yang menderita tuberkulosis (TB) yang kebal obat ke masyarakat, sesuatu yang membahayakan orang-orang di sekelilingnya.
Hal ini terungkap dalam penelitian itu, yang dimuat dalam The Lancet, Jumat (17/1), melacak 107 orang yang mengidap TB kebal obat di tiga provinsi Afrika Selatan antara 2008 dan 2012.
Laporan itu mengatakan 78 pasien dalam penelitian itu telah meninggal dunia walaupun telah dirawat dengan antara enam hingga 10 macam obat.
Namun, lebih dari 40 orang dengan TB jenis yang paling berbahaya dilepas dari rumah sakit tanpa pemantauan lebih jauh.
TB adalah infeksi bakteri yang biasanya menyerang paru-paru dan sering ditularkan melalui batuk dan bersin. TB yang tidak bisa diobati disebut XDR-TB.
Keertan Dheda dari Universitas Cape Town yang memimpin penelitian itu mengatakan pasien yang dilepas merupakan bahaya besar bagi orang lain karena mereka dapat bertahan hidup selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun sementara turut menularkan XDR-TB.
Dalam satu kasus, pengujian DNA mengukuhkan satu orang pasien XDR-TB yang dilepas menularkan bakteri maut itu kepada saudaranya. Mereka sudah meninggal dunia.
Dheda menggambarkan keadaan itu mencemaskan dan meminta pembangunan sanatorium modern supaya pasien dapat dirawat jauh dari masyarakat.
Hal ini terungkap dalam penelitian itu, yang dimuat dalam The Lancet, Jumat (17/1), melacak 107 orang yang mengidap TB kebal obat di tiga provinsi Afrika Selatan antara 2008 dan 2012.
Laporan itu mengatakan 78 pasien dalam penelitian itu telah meninggal dunia walaupun telah dirawat dengan antara enam hingga 10 macam obat.
Namun, lebih dari 40 orang dengan TB jenis yang paling berbahaya dilepas dari rumah sakit tanpa pemantauan lebih jauh.
TB adalah infeksi bakteri yang biasanya menyerang paru-paru dan sering ditularkan melalui batuk dan bersin. TB yang tidak bisa diobati disebut XDR-TB.
Keertan Dheda dari Universitas Cape Town yang memimpin penelitian itu mengatakan pasien yang dilepas merupakan bahaya besar bagi orang lain karena mereka dapat bertahan hidup selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun sementara turut menularkan XDR-TB.
Dalam satu kasus, pengujian DNA mengukuhkan satu orang pasien XDR-TB yang dilepas menularkan bakteri maut itu kepada saudaranya. Mereka sudah meninggal dunia.
Dheda menggambarkan keadaan itu mencemaskan dan meminta pembangunan sanatorium modern supaya pasien dapat dirawat jauh dari masyarakat.