Amerika adalah negara yang penduduknya sebagian besar beragama Kristen dan dibanding dengan Eropa, orang Amerika tampak lebih religius.
Contohnya, banyak presiden Amerika selesai berpidato, tidak lupa mengatakan, ‘God Bless America,’ dan walaupun Undang-Undang Dasar Amerika dengan jelas memisahkan fungsi agama dan pemerintahan, orang bisa melihat bahwa pemisahan itu kadang-kadang tidak begitu jelas.
Sidang-sidang Kongres Amerika selalu dimulai dengan pembacaan doa, yang dipusatkan pada perlunya mendapat apa yang disebut ‘bimbingan dari Yang Mahakuasa’ untuk menjalankan tugas-tugas penting. Bahkan dalam uang kertas dollar Amerika ada tulisan yang berbunyi “In God We Trust.”
Dalam kaitan kepercayaan ini, di Amerika pernah diadakan studi jangka-panjang yang menyangkut fungsi doa pada pasien-pasien yang terkena penyakit jantung.
Kata laporan dalam harian International Herald Tribune, doa-doa yang dipanjatkan oleh orang-orang Kristen bagi kesehatan pasien yang akan, dan telah menjalani operasi jantung, tidak ada dampaknya sama sekali.
Bahkan, kata laporan tadi, pasien yang baru menjalani operasi jantung dan mendapat kiriman doa, justru menderita lebih banyak komplikasi kesehatan daripada pasien yang tidak didukung oleh doa-doa
Kata dr Richard Sloan, pakar kedokteran pada Universitas Columbia di New York, usaha untuk menghubungkan kepercayaan agama dan ilmu kedokteran tidak ada gunanya, karena keduanya bertolak dari sudut pandangan yang berbeda.
Ke-1,800 orang pasien yang dilibatkan dalam riset tentang doa itu berada di enam rumah sakit itu dibagi dalam tiga kelompok. Dua kelompok mendapat kiriman doa, dan satu kelompok tidak mendapat doa apapun.
Separuh dari pasien yang mendapat kiriman doa itu diberi tahu bahwa ada orang yang memanjatkan doa bagi mereka, sedangkan separuh sisanya hanya diberi tahu bahwa mungkin ada orang yang menyumbang doa.
Limapuluh sembilan persen pasien yang diberi tahu bahwa mereka telah didoakan, justru menderita komplikasi setelah operasi jantung, dibanding 51 persen pada kelompok yang tidak mendapat doa. Pasien-pasien kelompok pertama itu mungkin berpikir, “apakah penyakit saya demikian parahnya sehingga perlu bantuan doa dari orang-orang yang tidak dikenal?” [ii]