Sekelompok agen terbesar Ford Motor Co di Indonesia menuntut kompensasi sekitar US$75 juta (Rp 994,5 miliar) setelah produsen mobil AS itu mengumumkan bulan Januari bahwa mereka akan menutup semua operasi di negara ini.
Enam perusahaan yang membawahi 31 agen Ford di Indonesia telah mengirim surat kedua mengenai kemungkinan aksi hukum kepada Ford, Ford International Services dan PT Ford Motor Indonesia, menurut perusahaan-perusahaan tersebut dalam pernyataan gabungan hari Senin (27/6).
Ford tidak memberikan komentar ketika dihubungi Reuters.
Para agen, yang mengatakan mereka mencakup 85 persen dari penjualan total Ford di Indonesia, akan menyeret tiga perusahaan Ford tersebut ke pengadilan jika tidak ada kesepakatan, ujar perwakilan hukum para agen, Harry Ponto, kepada Reuters lewat telepon.
Keputusan Ford untuk keluar dari Indonesia "terjadi tiba-tiba" untuk para agen, yang telah menanamkan sejumlah besar modal untuk ruang pamer dan fasilitas lainnya untuk mendukung rencana ekspansi yang diumumkan Ford tahun 2011, kata Harry.
"Ini sesuatu yang dilakukan secara unilateral dan tidak adil bagi mitra-mitra Indonesia. Ini tindakan yang tidak semestinya dilakukan sebuah merk internasional seperti Ford," tambahnya.
Langkah Ford dapat merusak kepercayaan bisnis Indonesia terhadap para investor asing, ujar Harry.
Produsen otomotif itu, yang memiliki pangsa pasar kurang dari 1 persen di Indonesia, mengatakan akan keluar dari semua wilayah bisnis termasuk penjualan dan impor karena tidak melihat adanya arah menuju keuntungan di negara ini.
Ford bukan satu-satunya produsen mobil yang kesulitan mendapatkan pangsa pasar di Indonesia, yang didominasi Toyota Motor Corp dan Honda Motor Co Ltd dari Jepang. Tahun lalu, General Motors Co menutup pabriknya dekat Jakarta.
Salah satu dari agen Ford, PT Kreasi Auto Kencana, berinvestasi lebih dari Rp 500 miliar untuk gedung, peralatan dan sumber daya manusia dalam beberapa tahun terakhir, menurut Nugroho Suharlim, kepala divisi operasi dan pemasaran Kreasi, kepada Reuters lewat telepon.
Perusahaan itu sekarang menghadapi kerugian besar, ujar Nugroho, dengan menambahkan bahwa kontrak yang ditandatangani dengan Ford, yang diperbarui setiap dua tahun, tidak menyebutkan apa yang terjadi jika Ford keluar dari negara ini. [hd]