LOS ANGELES —
Kematian aktor Philip Seymour Hoffman karena overdosis narkoba, Minggu (2/2), memunculkan kembali perhatian terhadap isu kecanduan.
Hoffman menderita kondisi medis kronis yang memerlukan perawatan terus menerus. Mengaku sebagai pecandu narkoba yang pertama kali mencari bantuan profesional lebih dari dua dekade lalu, penyakit Hoffman ternyata kambuh kembali yang berujung overdosis, meski sempat kembali ke rehabilitasi Maret lalu.
Kematiannya, yang terjadi setelah periode kesembuhan panjang yang berakhir tahun lalu, “melambangkan tragedi kecanduan obat dalam masyarakat kita,” ujar Dr. Nora Volkow, direktur Institut Penyalahgunaan Narkoba Nasional.
“Kita melihat di sini ada aktor yang luar biasa berbakat dan memiliki sumber daya, mendapat perawatan, menyadari masalah narkoba dan sempat berhasil hidup bersih,” ujarnya, menambahkan bahwa kasus Hoffman menunjukkan betapa kecanduan dapat menghancurkan.
Keberhasilan dalam mengatasi kecanduan narkoba kurang lebih sama dalam menangani gagal jantung, ujar para dokter. Keduanya dapat berakibat fatal tanpa perawatan konsisten. Meski rehabilitasi mungkin merupakan bagian dari perawatan, hal itu bukanlah penangkal. Penyanyi Amy Winehouse dan aktor Cory Monteith keduanya telah memasuki rehabilitasi sebelum akhirnya tewas karena overdosis.
"Kecanduan adalah penyakit kronis, progresif. Tidak ada yang dapat sembuh,” ujar Dr. Akikur Reza Mohammad, seorang psikiater dan spesialis obat kecanduan yang bekerja sebagai profesor di University of Southern California dan pendiri Inspire Malibu Treatment Center.
“Jika seseorang menderita kecanduan, mereka tidak boleh santai. Senyawa-senyawa kimia di syarat otak mereka telah berubah, jadi mereka rentan kembali kecanduan,” ujarnya.
Lebih muda usia seseorang mulai mengkonsumsi narkoba, lebih mungkin ia menjadi kecanduan, ujar Volkow. Hoffman sendiri mulai menggunakan narkoba di usia muda sebelum masuk rehabilitasi pada usia 22 dan hidup bersih selama 23 tahun.
Kecanduan menyebabkan perubahan-perubahan zat kimia dalam otak yang terus terjadi bahkan lama setelah seseorang berhenti menggunakan narkoba, ujar Volkow, yang menggambarkan kondisi tersebut sebagai “penyakit kronis dengan durasi sangat panjang.” Pemberhentian penggunaan atau obat pengganti seringkali diperlukan untuk mencegah seorang pecandu kehilangan kontrol di sekitar substansi yang diinginkannya.
Dan seperti juga seseorang yang masih bisa mengendarai sepeda setelah 20 tahun tidak memakainya, otak yang sudah kecanduan dan terekspos narkoba, bahkan setelah istirahat panjang, akan kambuh ke tingkat-tingkat lama.
Sejumlah penelitian yang telah dilakukan pada binatang, ujar Volkow, menunjukkan “pemberian sejumlah kecil (narkoba) dan mereka langsung meningkat ke tingkat-tingkat penggunaan narkoba sebelumnya”. Itulah mengapa kecanduan dianggap penyakit kronis dan overdosis adalah umum, tambahnya.
Kasus Hoffman, sayangnya sering terjadi, dimana seseorang yang menggunakan narkoba pada usia 20an dan berhenti selama 20 tahun kemudian kambuh pada usia 40an dan mengalami overdosis, ujar Volkow.
Karena kecanduan memiliki kecenderungan genetik, selebriti memiliki kemungkinan sama dengan yang lainnya untuk menderita hal ini, meski bekerja di sebuah lingkungan yang barangkali lebih toleran akan penggunaan narkoba dapat meningkatkan peluang seseorang.
“Kecanduan tidak diskriminatif, sama halnya dengan tekanan darah tinggi dan diabetes,” ujar Mohammad, dengan menambahkan bahwa 100 orang di AS setiap hari tewas karena overdosis narkoba. Jumlah itu meningkat dipicu oleh obat pereda sakit yang diresepkan, yang cenderung membuat kecanduan, seperti heroin.
Pemulihan kecanduan narkoba dimungkinkan lewat perawatan, perubahan gaya hidup dan kesadaran, menurut para dokter. Mereka merekomendasikan rehabilitasi inap sampai enam bulan, diikuti dengan terapi terus menerus dan pertemuan pertolongan diri. Meski intensitas dan jenis perawatan beragam tergantung kebutuhan individual, Volkow mengatakan perawatan terus-menerus selama lebih dari lima tahun memberikan hasil terbaik sejauh ini.
"Perawatan berkelanjutan meningkatkan perbaikan individu-individu yang kecanduan narkoba," ujarnya.
"Namun Anda harus terus sadar akan kemungkinan kambuh. Tidak masalah berapa lama Anda bersih, jika Anda mengkonsumsi narkoba kembali, risiko kambuh sangat sangat tinggi." (AP/Sandy Cohen)
Hoffman menderita kondisi medis kronis yang memerlukan perawatan terus menerus. Mengaku sebagai pecandu narkoba yang pertama kali mencari bantuan profesional lebih dari dua dekade lalu, penyakit Hoffman ternyata kambuh kembali yang berujung overdosis, meski sempat kembali ke rehabilitasi Maret lalu.
Kematiannya, yang terjadi setelah periode kesembuhan panjang yang berakhir tahun lalu, “melambangkan tragedi kecanduan obat dalam masyarakat kita,” ujar Dr. Nora Volkow, direktur Institut Penyalahgunaan Narkoba Nasional.
“Kita melihat di sini ada aktor yang luar biasa berbakat dan memiliki sumber daya, mendapat perawatan, menyadari masalah narkoba dan sempat berhasil hidup bersih,” ujarnya, menambahkan bahwa kasus Hoffman menunjukkan betapa kecanduan dapat menghancurkan.
Keberhasilan dalam mengatasi kecanduan narkoba kurang lebih sama dalam menangani gagal jantung, ujar para dokter. Keduanya dapat berakibat fatal tanpa perawatan konsisten. Meski rehabilitasi mungkin merupakan bagian dari perawatan, hal itu bukanlah penangkal. Penyanyi Amy Winehouse dan aktor Cory Monteith keduanya telah memasuki rehabilitasi sebelum akhirnya tewas karena overdosis.
"Kecanduan adalah penyakit kronis, progresif. Tidak ada yang dapat sembuh,” ujar Dr. Akikur Reza Mohammad, seorang psikiater dan spesialis obat kecanduan yang bekerja sebagai profesor di University of Southern California dan pendiri Inspire Malibu Treatment Center.
“Jika seseorang menderita kecanduan, mereka tidak boleh santai. Senyawa-senyawa kimia di syarat otak mereka telah berubah, jadi mereka rentan kembali kecanduan,” ujarnya.
Lebih muda usia seseorang mulai mengkonsumsi narkoba, lebih mungkin ia menjadi kecanduan, ujar Volkow. Hoffman sendiri mulai menggunakan narkoba di usia muda sebelum masuk rehabilitasi pada usia 22 dan hidup bersih selama 23 tahun.
Kecanduan menyebabkan perubahan-perubahan zat kimia dalam otak yang terus terjadi bahkan lama setelah seseorang berhenti menggunakan narkoba, ujar Volkow, yang menggambarkan kondisi tersebut sebagai “penyakit kronis dengan durasi sangat panjang.” Pemberhentian penggunaan atau obat pengganti seringkali diperlukan untuk mencegah seorang pecandu kehilangan kontrol di sekitar substansi yang diinginkannya.
Dan seperti juga seseorang yang masih bisa mengendarai sepeda setelah 20 tahun tidak memakainya, otak yang sudah kecanduan dan terekspos narkoba, bahkan setelah istirahat panjang, akan kambuh ke tingkat-tingkat lama.
Sejumlah penelitian yang telah dilakukan pada binatang, ujar Volkow, menunjukkan “pemberian sejumlah kecil (narkoba) dan mereka langsung meningkat ke tingkat-tingkat penggunaan narkoba sebelumnya”. Itulah mengapa kecanduan dianggap penyakit kronis dan overdosis adalah umum, tambahnya.
Kasus Hoffman, sayangnya sering terjadi, dimana seseorang yang menggunakan narkoba pada usia 20an dan berhenti selama 20 tahun kemudian kambuh pada usia 40an dan mengalami overdosis, ujar Volkow.
Karena kecanduan memiliki kecenderungan genetik, selebriti memiliki kemungkinan sama dengan yang lainnya untuk menderita hal ini, meski bekerja di sebuah lingkungan yang barangkali lebih toleran akan penggunaan narkoba dapat meningkatkan peluang seseorang.
“Kecanduan tidak diskriminatif, sama halnya dengan tekanan darah tinggi dan diabetes,” ujar Mohammad, dengan menambahkan bahwa 100 orang di AS setiap hari tewas karena overdosis narkoba. Jumlah itu meningkat dipicu oleh obat pereda sakit yang diresepkan, yang cenderung membuat kecanduan, seperti heroin.
Pemulihan kecanduan narkoba dimungkinkan lewat perawatan, perubahan gaya hidup dan kesadaran, menurut para dokter. Mereka merekomendasikan rehabilitasi inap sampai enam bulan, diikuti dengan terapi terus menerus dan pertemuan pertolongan diri. Meski intensitas dan jenis perawatan beragam tergantung kebutuhan individual, Volkow mengatakan perawatan terus-menerus selama lebih dari lima tahun memberikan hasil terbaik sejauh ini.
"Perawatan berkelanjutan meningkatkan perbaikan individu-individu yang kecanduan narkoba," ujarnya.
"Namun Anda harus terus sadar akan kemungkinan kambuh. Tidak masalah berapa lama Anda bersih, jika Anda mengkonsumsi narkoba kembali, risiko kambuh sangat sangat tinggi." (AP/Sandy Cohen)