Renato Reyes, seorang pemimpin sayap kiri dan aktivis politik, mengorganisir reli sekitar 1000 orang pada 19 Oktober didepan Kedutaan Amerika di Manila.
Protes ini berubah menjadi kekerasan ketika polisi menyerang gerombolan demonstran. Menurut Reyes, paling sedikit tiga masuk RS, dan 23 ditangkap.
Asisten Menlu Amerika Daniel Russel yang sedang berada di Manila, membahas “serangkaian pernyataan kontroversial”, katanya, untuk kami, Amerika akan jadi mitra yang tetap, dan saya harap dipercaya, serta sekutu yang kuat. Kami siap untuk memenuhi komitmen kami. Kami mendukung hukum internasional dan Filipina.”
Sementara itu Presiden Duterte di Davao memperjelas komentar yang dibuatnya di China, katanya, yang dimaksudkannya bukan pemutusan hubungan, tetapi membuka jalan baru.
Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Yasay Jr. selanjutnya memperjelas – “Ada kebutuhan berkesinambungan untuk menjamin kita bicara satu sama lain dan berusaha mengatasi perbedaan, serta memberi klarifikasi. Saya berkomitmen pada hal seperti itu.”
Sewaktu berada di Jepang, Duterte meneruskan pesan-pesan tak menentu ini ketika dia mengumumkan dia ingin Filipina bebas dari pasukan asing, dan seandainya dia harus merevisi atau membatalkan persetujuan, dia siap. [jm]