Tautan-tautan Akses

Ajudan Netanyahu Sebut Rencana Biden di Gaza 'Kurang Bagus' Tetapi Israel Menerima


Pengungsi Palestina memeriksa tenda mereka yang hancur akibat pengeboman Israel, di samping fasilitas UNRWA di sebelah barat kota Rafah, Jalur Gaza, Selasa, 28 Mei 2024. (Foto: AFP)
Pengungsi Palestina memeriksa tenda mereka yang hancur akibat pengeboman Israel, di samping fasilitas UNRWA di sebelah barat kota Rafah, Jalur Gaza, Selasa, 28 Mei 2024. (Foto: AFP)

Ajudan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengonfirmasi pada Minggu (2/6) bahwa Israel akhirnya menerima kesepakatan kerangka kerja untuk meredakan perang Gaza yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Meskipun ia menggambarkan perjanjian tersebut banyak kekurangan dan memerlukan lebih banyak perbaikan.

Dalam sebuah wawancara dengan media Inggris Sunday Times, Ophir Falk, kepala penasihat kebijakan luar negeri Netanyahu, mengatakan usulan Biden adalah "kesepakatan yang kami sepakati – ini bukan kesepakatan yang bagus, tetapi kami sangat ingin para sandera dibebaskan, semuanya".

“Ada banyak detil yang harus digarap,” katanya, seraya menambahkan bahwa syarat yang diajukan Israel, termasuk “pembebasan sandera dan penghancuran Hamas sebagai organisasi teroris genosida” belum berubah.

Pada Minggu malam, Departemen Luar Negeri AS mengatakan Menteri Luar Negeri Antony Blinken menghubungi Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dan Benny Gantz melalui panggilan telepon untuk membahasa proposal tersebut. Gantz merupakan seorang menteri berhaluan tengah yang bergabung dengan Netanyahu dalam koalisi darurat.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan mantan Panglima Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Gadi Eisenkot dan mantan Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz di Tel Aviv, Israel, Kamis, 8 Februari 2024. (Foto: via Reuters)
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan mantan Panglima Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Gadi Eisenkot dan mantan Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz di Tel Aviv, Israel, Kamis, 8 Februari 2024. (Foto: via Reuters)

Dalam panggilan telepon dengan Gantz, Blinken “menekankan bahwa Hamas harus mengambil kesepakatan itu tanpa penundaan,” kata departemen itu dalam sebuah pernyataan.

Dalam pernyataan terpisah, Departemen Luar Negeri mengatakan bahwa dalam panggilan dengan Gallant, Blinken "memuji kesiapan Israel untuk menyelesaikan kesepakatan" dan "menekankan bahwa proposal tersebut akan memajukan kepentingan keamanan jangka panjang Israel, termasuk dengan memungkinkan kemungkinan integrasi lebih lanjut di kawasan tersebut."

Biden pada Jumat mengungkapkan apa yang dia gambarkan sebagai rencana tiga fase yang diajukan oleh Pemerintah Netanyahu untuk mengakhiri perang. Biden sendiri pada awalnya sangat mendukung serangan Israel terhadap Hamas, tetapi langkah itu berubah menjadi kecaman akibatnya banyaknya korban sipil yang tewas dalam operasi tersebut.

Dalam pidatonya, Biden menyatakan bahwa usulan terbarunya "akan menciptakan 'hari berikutnya' yang lebih baik di Gaza tanpa Hamas memegang kekuasaan." Dia tidak memberikan rincian tentang bagaimana hal ini akan dicapai dan mengakui bahwa "ada banyak detail yang harus dinegosiasikan untuk beralih dari fase pertama ke fase kedua."

Falk menegaskan kembali posisi Netanyahu bahwa “tidak akan ada gencatan senjata permanen sampai semua tujuan kami tercapai”.

Netanyahu berada di bawah tekanan untuk mempertahankan pemerintahan koalisinya tetap utuh. Dua mitra sayap kanan mengancam akan melakukan protes terhadap kesepakatan apa pun yang mereka anggap tidak menguntungkan Hamas.

Hamas untuk sementara menyambut baik inisiatif Biden, meskipun seorang pejabat senior dari kelompok tersebut, Sami Abu Zuhri, mengatakan pada Minggu bahwa “Hamas terlalu besar untuk dilewati atau dikesampingkan oleh Netanyahu atau Biden.”

Sehari sebelumnya pejabat Hamas lainnya, Osama Hamdan, mengatakan kepada Al Jazeera: “Pidato Biden mengandung ide-ide positif, tetapi kami ingin hal ini terwujud dalam kerangka perjanjian komprehensif yang memenuhi tuntutan kami.”

Hamas menginginkan jaminan diakhirinya serangan di Gaza, penarikan semua pasukan penyerang, pergerakan bebas bagi warga Palestina, dan bantuan rekonstruksi.

Para pejabat Israel menolak pandangan itu, menyebutnya sebagai upaya untuk mengembalikan keadaan seperti sebelum 7 Oktober, ketika Hamas, yang bertekad untuk menghancurkan Israel, menguasai Gaza. Para pejuangnya memicu konflik dengan menyeberangi pagar perbatasan ke Israel, menewaskan 1.200 orang, dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut laporan dari pihak Israel.

Para pejabat Israel menolak usulan itu dan menganggapnya sebagai langkah efektif untuk mengembalikan keadaan seperti sebelum 7 Oktober. Saat itu Hamas yang bertekad menghancurkan Israel, menguasai Gaza. Para anggotanya memicu konflik dengan menyeberangi pagar perbatasan ke Israel, menewaskan 1.200 orang, dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut laporan dari pihak Israel.

Sementara itu, serangan balasan Israel menghancurkan sebagian besar wilayah pesisir yang miskin dan terkepung, lebih dari 36.000 warga Palestina tewas, kata para pejabat medis Gaza. Israel mengatakan 290 tentaranya tewas dalam pertempuran itu. [ah/rs]

Forum

XS
SM
MD
LG