Pusat Pelaporan Pembajakan IMB mengatakan 11 dari ke-13 pembajakan di laut yang dilaporkan dalam paruh pertama tahun ini terjadi di Asia Tenggara.
Secara umum, kata IMB, terjadi 134 insiden pembajakan dan perampokan bersenjata lainnya di dunia antara Januari dan Juni – naik dari 116 dalam periode yang sama tahun lalu. Sepanjang tahun ini, 250 awak kapal telah disandera, satu diantaranya tewas dan sembilan lainnya cedera.
Jumlah serangan perompak paling banyak terjadi di Asia Tenggara daripada kawasan-kawasan lain digabungkan, kata IMB. Terjadi 54 serangan – baik sukses maupun gagal – di atau dekat perairan Indonesia sepanjang tahun ini, dibandingkan dengan 47 tahun lalu. Ada 11 laporan serangan di Vietnam dalam paruh pertama 2015, naik dari satu dalam periode yang sama tahun lalu.
Di Bangladesh, terutama di kota pelabuhan Chittagong, dilaporkan jumlah perampokan bersenjata terhadap kapal naik menjadi 10 dalam kuartal kedua tahun ini dari satu dalam triwulan sebelumnya.
“Serangan-serangan ini terjadi pada kapal yang sedang berlabuh dan dalam sejumlah kasus, penyerangnya bersenjata pisau dan senapan,” kata Direktur Biro Maritim Internasional (IMB), Pottengal Mukundan di London. “Perlu ada peningkatan keamanan di pelabuhan-pelabuhan itu,” lanjutnya kepada VOA.
Satu dekade lalu, upaya gabungan negara-negara Asia Tenggara yang terpusat di Selat Malaka berhasil mengusir pembajakan kapal ke perairan-perairan lain secara berkala.
Ada laporan bahwa operasi semacam itu sedang dibahas untuk diluncurkan kembali di Asia Tenggara.
“Negara-negara yang berperan penting disini adalah Indonesia dan Malaysia, yang memiliki garis pantai terpanjang di kawasan perairan itu. Jika kedua negara itu benar-benar termobilisasi, seperti pada tahun 2005-2006, maka akan menurunkan angka pembajakan. Hal itu harus terulang lagi,” kata Mukandan. Ia mengatakan ada sejumlah contoh kerja sama antara kedua negara itu baru-baru ini. (th/ds)