Para aktivis pro-demokrasi, Senin (11/9), menggelar aksi protes yang menentang deklarasi presiden Filipina yang menyatakan hari itu sebagai hari libur propinsi untuk memperingati ulang tahun mendiang mantan diktator Ferdinand Marcos. Mereka juga memprotes sejumlah langkah lain pemerintah, yang menurut mereka, mengusahakan rehabilitasi politik keluarga Marcos.
Lebih dari 150 orang menggelar aksi demo di luar Taman Makam Pahlawan di Manila, sewaktu keluarga Marcos dan para tamu datang menghadiri peringatan ulang tahun mendiang presiden Marcos ke-100 di sana. Marcos digulingkan pada tahun 1986 oleh revolusi kekuatan rakyat dan meninggal di Hawaii tiga tahun kemudian.
Sementara polisi anti huru-hara bersiaga menghadapi segala kemungkinan, para demonstran membakar spanduk-spanduk bergambarkan sebagian wajah Marcos dan sebagian wajah Duterte. Sejumlah demonstran lainnya mengusung poster bertuliskan “Marcos Bukan Pahlawan”. Sejumlah demonstran tandingan yang hadir tidak jauh dari aksi protes itu meneriakkan nama Marcos berulang kali.
Pemimpin protes Bonifacio Ilagan mengatakan, peringatan ulang tahun Marcos merupakan bagian dari proses rehabilitasi keluarga Marcos yang diupayakan Presiden Duterte. Ia mengatakan, Marcos tidak layak diberi penghormatan, apalagi diagungkan dengan menetapkan hari lahirnya sebagai hari libur propinsi. “Mengagung-agungkan Marcos sama dengan memaafkan kejahatannya terhadap rakyat Filipina,” ujarnya.
Duterte pada masa kampanye presiden didukung salah satu putri Marcos. Selain menetapkan hari lahir Marcos sebagai hari libur di propinsi Ilocos Norte,November lalu, Duterte menyetujui penguburan Marcos di Taman Makam Pahlawan. Keputusan Durterte itu memicu protes para aktivis HAM dan demokrasi. [ab/lt]